Emma terjebak cinta satu malam dengan seorang pria tak dikenal karena salah masuk kamar. Saat pergi dan mencoba lari dari kenyataan pahit itu. Emma baru menyadari jika sang kekasih yang membawanya ke kota itu malah meninggalkannya sendirian. Tak ingin putus asa dan mencari pekerjaan, Emma malah masuk ke keluarga Ethan Walter–pria kaya raya arogan yang sudah tidur dengannya malam itu, sebagai seorang baby sitter. Bagaimana nasib Emma setelah ini? Apa dia bisa bertahan sebagai pengasuh putri tunggal Ethan, sedangkan ada mantan istri dan keluarga Ethan yang selalu memfitnah dirinya?
view more“Ah … lepas.”
Emma mendorong sekuat tenaga untuk menyingkirkan pria yang sekarang sedang menindihnya.
Namun, usahanya sia-sia. Tubuh kecilnya tak mampu menahan dorongan pria yang kini sedang mengukung tubuhnya.
Tadinya, Emma masuk ke kamar itu untuk mencari kekasihnya, tapi tiba-tiba pria ini menariknya dengan kasar lalu melemparnya ke ranjang.
“Katakan, siapa yang menyuruhmu, huh?” Sorot mata pria itu begitu tajam, tatapannya seolah siap menerkam Emma yang ada di bawah tubuhnya.
“Tuan, lepaskan!”
Emma mencoba melepaskan diri, tapi tubuhnya juga sangat tidak nyaman sekarang.
“Aku tidak akan mengulang pertanyaanku,” kata pria itu, tampak menahan sesuatu yang membuatnya sampai mencengkram sprei dengan kuat.
Emma menggeleng tidak paham.
“Panas,” rintih Emma sambil membuka cepat kancing baju yang dipakainya. Mendadak ia merasa gerah, seolah ada sesuatu yang membara dalam tubuhnya. Sesuatu yang terus mendesak untuk segera dituntaskan.
“Kau yang memulai ini,” bisik pria itu, suaranya hampir terdengar menggeram.
Detik berikutnya, pria berwajah tampan dengan rahang tegas itu langsung memagut bibir Emma dengan rakus.
Emma meronta, tapi gejolak dalam tubuhnya membuatnya tanpa sadar merespon sentuhan pria itu.
Gairah yang terpantik membuat pikirannya menjadi kosong. Emma tidak bisa memikirkan apapun.
Air mata mulai menetes saat sesuatu merangsek masuk ke bagian bawah tubuhnya.
Emma memejamkan mata, menahan perih sekaligus nikmat yang membuat tubuhnya terus bergerak mengimbangi pria di atasnya itu.
Bibirnya dibungkam ciuman panas, kedua tangannya kini ditahan di atas kepala, bersamaan tubuhnya yang dipacu, membuat air mata semakin deras mengalir dari pelupuk mata.
**
Emma terbangun dengan tubuh lemas. Dia membuka matanya perlahan, merasakan rasa lelah luar biasa dan perih di area bawah tubuhnya.
“Apa yang ….” Emma menjeda ucapannya saat melihat pakaiannya berserakan di lantai.
Dia buru-buru mengecek tubuhnya dari balik selimut, Emma sangat syok melihat tak ada satu pun pakaian melekat di tubuhnya.
Samar-samar, Emma mendengar suara dengkuran halus dari belakang punggung. Bola matanya membulat sempurna, lalu perlahan dia membalikkan badan.
Dia terperanjat melihat pria tak dikenalnya, berada satu ranjang dengannya dan sama-sama tak memakai sehelai benang pun.
‘Ya Tuhan, apa yang terjadi?’ batin Emma.
Kepalanya terasa penuh dengan kebingungan dan kepanikan yang mendera.
Emma mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Noah, kekasihnya, menyewa kamar hotel agar Emma beristirahat sebelum besok mencari pekerjaan.
Saat itu, Emma ingat Noah memberinya minuman, kemudian meninggalkannya di kamar sendirian.
Emma merasakan tubuhnya mendadak panas, sehingga dia keluar dari kamar untuk meminta bantuan Noah. Lalu ….
Emma meremat kuat rambut di kedua sisi kepala. Dia menatap pria yang masih tertidur pulas.
Semalam dialah yang salah masuk ke kamar itu.
Emma menggeleng pelan, tidak berani menebak apa yang terjadi antara dia dan pria di sampingnya sekarang ini.
Tapi kekacauan ini sudah cukup memberinya jawaban.
Emma memutuskan turun dari ranjang sambil menahan perih di area bagian bawah tubuhnya. Dia segera memungut pakaiannya lalu buru-buru memakainya.
Emma berjalan menuju pintu untuk pergi dari tempat itu. Alangkah terkejutnya dia saat melihat seorang pria berdiri di depan kamar, bersiap mengetuk pintu.
“Siapa kamu?” tanya pria itu.
Emma panik dan ketakutan. Dia buru-buru melewati pria itu begitu saja, lalu berlari sambil memeluk tas kecil miliknya.
Pria itu terkejut melihat Emma berlari. Dia lantas masuk ke kamar dan mendapati atasannya, Ethan Walter, tertidur pulas di ranjang.
“Apa wanita itu dan Pak Ethan ….”
Pria itu menggantung ucapannya. Jika melihat kondisi atasannya sekarang ini, sepertinya tebakannya benar.
Tak beberapa lama, Ethan Walter akhirnya bangun dan mendapati asisten pribadinya menghampirinya.
“Anda baik-baik saja, Pak?”
Ethan merasakan kepalanya pening. Dia duduk sambil menekan kepalanya kuat-kuat.
Dia terkejut saat mendapati tubuhnya telanjang dan hanya tertutup selimut dari pinggang ke bawah.
“Kamu yang melepas pakaianku?” tanya Ethan sambil menatap pada Samuel, sang asisten.
Samuel mengerutkan dahi. “Saat saya masuk, Anda sudah begini, Pak.”
Ethan terdiam.
“Bukankah semalam Anda masuk kamar untuk mendinginkan tubuh agar pengaruh obatnya hilang? Tapi tadi ada ….” Samuel menjeda ucapannya, dia menunjuk ke pintu untuk menjelaskan tapi lidahnya terasa kelu.
Ethan menatap datar pada Samuel. “Apa?”
Samuel terkesiap. “Pak, sepertinya Anda sudah tidur dengan wanita,” katanya, “Tadi ada wanita berpenampilan berantakan dan agak ketakutan keluar dari sini.”
Ethan terbelalak, tubuhnya menegak dan mencoba mengingat apa yang terjadi.
“Di mana wanita itu?” tanyanya dengan tatapan menajam.
Samuel menggeleng. “Dia sudah pergi.”
Ethan terdiam dan mencoba mengingat kejadian semalam.
Ada yang aneh.
Ethan ingat tubuhnya sangat panas, jadi dia masuk ke kamar untuk menenangkan diri. Tapi saat baru saja masuk, ada wanita yang ikut masuk.
‘Sepertinya memang wanita itu yang menjebakku,’ bantin Ethan.
Sayangnya, Ethan lupa seperti apa wajah wanita itu dan lupa apa yang sudah wanita itu lakukan padanya.
“Cari tahu siapa wanita itu dan siapa yang menyuruhnya. Aku tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah berani menjebakku!” perintah Ethan.
Samuel mengangguk, lalu permisi agar Ethan bisa membersihkan diri.
Ethan menyibakkan selimut untuk turun dari ranjang. Namun, pandangannya tertuju pada bercak merah di sprei.
“Ini ….”
Dia juga melihat anting tertinggal di sisi bantal, sayangnya hanya sebelah.
Ethan mengambil anting itu, lalu mengamatinya.
Jadi, apa wanita itu berhasil menjebaknya?
Noda merah itu menunjukkan jika wanita yang menjebaknya masih suci.
Apa pun rencana busuk terhadapnya, Ethan tidak akan melepasnya begitu saja.
Ellen menangis kencang meski matanya terpejam.“Oma mengusir Kakak Emma, Ellen maunya sama Kakak Emma, Papa.”Mata Ethan membola, pelukannya pada Ellen mengerat saat mengetahui kalau Emma ternyata diusir Rosalinda.Jadi ini alasan sang mama ada di sana dan semua barang Emma tergeletak di ruang tamu.“Kakak Emma mana?” Ellen terus menangis meski suaranya begitu serak.Melihat kondisi Ellen yang tak baik-baik saja, Ethan memilih langsung menggendong Ellen untuk membawanya ke rumah sakit.Saat Ethan berjalan keluar dari kamar, dia berpapasan dengan Rosalinda yang baru saja akan masuk.Tatapan Ethan begitu dingin pada Rosalinda, ada kebencian tersorot dari mata Ethan.“Lihat, ini akibat dari keegoisan Mama,” ucapnya tajam.Rosalinda bergeming. Dia melihat Ellen yang terkulai lemas, tangannya terulur ingin menyentuh Ellen, tapi Ethan langsung menyenggol tangan Rosalinda dengan sikunya dan Ethan melangkah meninggalkan sang mama begitu saja.Ethan berteriak kesetanan memanggil sang sopir unt
Saat sore hari. Ethan baru saja tiba di rumah lebih awal. Ketika dia baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, Ethan melihat barang-barang yang dibelinya untuk Emma masih ada di ruang tamu, bahkan beberapa baju tergeletak berserakan di lantai.Kening Ethan berkerut dalam. Dia kembali melangkahkan kaki untuk mencari Emma, tapi Ethan kembali berhenti saat melihat Rosalinda di rumahnya.“Apa yang Mama lakukan di sini?” tanya Ethan.Tatapan Rosalinda menajam mendengar pertanyaan sang putra. Dia langsung berdiri lalu melangkah mendekati Ethan.“Apa keberadaan ibumu sendiri di sini harus dipertanyakan?” Suara Rosalinda begitu dalam dan dingin.Ethan menatap datar. Saat ini dia sedang malas berdebat dengan Rosalinda.Ethan memilih tak mengacuhkan keberadaan Rosalinda. Dia siap melangkahkan kaki, tapi gerakannya terhenti karena ucapan Rosalinda.“Apa yang sudah pengasuhmu lakukan sampai kamu rela membelikannya banyak barang mewah?”Ethan kembali menatap pada Rosalinda yang memasang wajah si
Setelah selesai belanja. Ethan langsung mengantar Emma dan Ellen ke rumah.Sepanjang jalan sampai tiba di rumah, Emma hanya duduk diam dengan perasaan campur aduk. Dia bingung dan canggung menjadi satu, kenapa Ethan tiba-tiba membelanjakan banyak barang untuknya.“Beberapa barang lainnya nanti akan diantar oleh pihak toko. Sekarang aku harus segera kembali ke perusahaan,” kata Ethan saat menoleh pada Emma.Suara Ethan membuyarkan lamunan Emma. Dia menoleh pada Ethan yang sudah menatapnya. Emma baru sadar kalau mereka sudah sampai di rumah.“Ada masalah?” tanya Ethan karena Emma hanya diam.Emma menggeleng kepala pelan. “Tidak, Tuan.”Emma segera membuka pintu mobil lalu mengajak keluar Ellen. Emma mengajak Ellen masuk rumah sambil menenteng dua paper bag yang bisa dibawanya.Saat masuk rumah, Emma terkejut melihat siapa yang kini berdiri dengan tatapan dingin ke arahnya.Rosalinda datang ke rumah Ethan setelah berdebat dengan Imelda. Ketika melihat pengasuh cucunya itu, tatapan Rosal
Saat siang hari. Ethan pergi menjemput Ellen bersama sopirnya. Sesampainya di sekolah Ellen, Ethan melihat Emma yang sedang berjalan sambil menggandeng tangan dengan wajah riang.“Itu Papa.”Suara nyaring putrinya terdengar di telinga. Ethan tersenyum pada Ellen yang melambai ke arahnya.Begitu mobil berhenti di depan Emma dan Ellen berdiri, lalu Ellen segera masuk begitu Emma membuka pintunya.Emma memastikan Ellen duduk dengan benar. Emma hendak menarik tubuhnya yang sedikit membungkuk di dalam mobil, tapi Ethan menahannya.“Duduklah di sini,” titah Ethan.Bola mata Emma melebar. Dia menatap Ethan dengan ekspresi bingung.“Maksudnya, Tuan?” tanya Emma masih berada di posisinya.“Duduk di sini bersama kami,” ulang Ethan.“Asyik,” teriak Ellen kegirangan, “sini Kakak Emma, duduk di sini.” Ellen menggeser duduknya ke arah Ethan.Emma mengulum bibir, dia ragu tapi Ethan mengangguk pelan agar Emma segera masuk.Akhirnya Emma masuk di kursi belakang, dia duduk di samping Ellen.Mobil itu
Imelda meninggalkan rumah Ethan bersamaan dengan sang cucu dan cicitnya yang berangkat beraktivitas. Imelda baru saja tiba di rumah. Dia melangkah pelan masuk ke dalam rumah dan langsung dihadang oleh Rosalinda.“Mama sudah menginap di rumah Ethan dan pasti melihat bagaimana pengasuh Ellen, kan? Sekarang, bagaimana pendapat Mama?” tanya Rosalinda begitu antusias. Dia menatap penuh harap pada Imelda akan sepaham dengannya.Imelda menatap datar pada Rosalinda. Dia tak langsung menjawab, tetapi memilih melangkah menuju ruang keluarga lebih dulu.Imelda duduk di salah satu sofa kemudian tatapannya tertuju pada Rosalinda yang duduk di dekatnya.“Apa yang aku katakan benar, kan?” tanya Rosalinda tak sabaran.“Lebih baik kamu berhenti mencampuri urusan rumah Ethan.” Imelda bicara dengan nada tegas. Dia menoleh pelan pada Rosalinda.Ekspresi antusias di wajah Rosalinda berubah suram. Dia menatap heran pada Imelda.“Apa maksud Mama? Sebagai seorang ibu, apa aku salah jika memberi putraku perh
Imelda menyesap teh dengan tenang, setelahnya dia kembali menatap pada Ethan.“Apa perlu nenek yang memberi pemahaman pada mamamu agar kamu tidak disebut anak durhaka jika melawannya?”Ethan terkesiap. Dia menatap sang nenek yang sedang meletakkan cangkir di meja.“Apa Nenek mau?” tanya Ethan.Imelda menatap pada sang cucu, bagaimanapun Ethan adalah cucu satu-satunya yang sejak kecil sangat dia manjakan. Di saat Rosalinda sibuk dengan bisnisnya, Imelda lah yang selalu ada untuk Ethan.Jadi, bagaimanapun Imelda pasti akan lebih berpihak pada Ethan.“Nenek lebih percaya kamu bisa memilih pasangan yang baik,” balas Imelda, “ya, walaupun sebelumnya gagal, tapi nenek yakin kamu tidak akan mengulang kesalahan yang sama dua kali. Jadi, mamamu tidak perlu mengaturmu, kamu berhak menentukan jalan hidupmu sendiri.”Imelda tersenyum hangat pada sang cucu.Kecurigaan dan kecemasan di wajah Ethan memudar. Dia begitu lega karena sang nenek berpihak padanya.Ethan akhirnya mengangguk kecil.“Nenek a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments