Karena tahu anak-anaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan kecerdasan yang mencolok, Kirana kerap menghadiahi mereka Lego edisi dewasa—bukan sekadar mainan, tapi semacam tantangan miniatur yang menuntut ketekunan dan strategi.
Sore itu, di ruang keluarga yang disinari cahaya keemasan matahari senja, Aidan dan Bayu duduk bersila di atas karpet wol tebal, asyik mengerjakan proyek besar mereka yang hampir rampung: sebuah kastil berornamen rumit lengkap dengan menara dan jembatan gantung kecil dari balok plastik berwarna gading dan biru laut.
“Kalau kamu belum tahu caranya, lihat kami dulu aja, ya,” kata Aidan sambil tersenyum kecil, suaranya lembut namun percaya diri, khas anak yang tahu dirinya menguasai sesuatu.
Elina mengangguk pelan.
Ia duduk di antara mereka, diam-diam mengamati tangan Aidan dan Bayu yang cekatan merangkai potongan-potongan Lego seakan-akan mereka sedang membangun sesuatu yang lebih dari sekadar mainan—mungkin sebuah dunia kecil