Akhirnya bisa napas lega karena kami sampai ke rumah dalam keadaan selamat. Bunda menunggu di depan pintu. Daddy juga demikian bersama abang Shaka yang selalu ada untukku.
"Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya bunda. Ada kepanikan di wajahnya. Aku berusaha agar bunda dan daddy tidak khawatir dengan kejadian yang menimpa kami. Meski begitu aku tidak ingin menyembunyikan masalah apapun dnegan bunda apalagi masalah abang Brayen.
"Tenryata perang itu belum usai, Bund," balasku.
"Brayen masih mengintai?" tanya daddy kembali.
"Iya, Dad."
Aksen hanya menyimak, dia juga seperti berfikir keras. Kejadian demi kejadian masih mengintai kami. Walau jujur, aku memang belum sepenuhnya tahu bagaimana cara kerja Aksen ketika mengalami masalah.
"Tunggu dulu maksudmu apa, Monic?" tanya bunda penasaran.
"Kami tadi hampir kehilangan nyawa karena ulahnya, Bund."
"Maksudmu, Dek?" abang Shaka juga penasaran.
"Dia menahanku tadi, untung kami bisa keluar."
"Astagfirullah, dia juga sempat ingin mengambil Arvian tad