Ternyata itu hanya halusinasiku, Reza tak ada di tempat ini. Apa aku begitu merindukannya? hingga bayangan dirinya selalu nampak di depan mataku? kembali aku mengatur napas, rasa kontraksinya mulai mendera, hingga Fatia mengingatkanku karena bukaan semakin naik. Aku harus kuat demi raga yang ada di dalam rahimku.
"Ayo nona, semangat! bukaannya makin naik." Kusisir semua pandangan ke kamar ini lagi. Ternyata tak ada Reza. Lagi-lagi aku berhalusinasi membayangkan Reza yang mendampingiku. Nyatanya itu adalah harapan yang tak mungkin tersampaikan.
Hingga kontraksinya semakin kuat dengan jarak kontraksi yang tidak selama tadi. Rasanya begitu nikmat sekali sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata.
"Mbak ... semakin sakit!" Aku sedikit berteriak, Fatia berlari memanggil bidan lagi. Rasanya benar-benar ingin buang air. Hm ... rasanya masya Allah.
"Masya Allah. Bukaan sudah lengkap. Ayo mbak, semangat untuk mengejan." Bidan dan tim dengan sigap menyiapkan perlengkapan. Keringatku begitu