“Baik, Bang,” jawabku singkat.
Tatapan kami sempat beradu, ya Allah benar-benar meresahkan. Apa dia sengaja pamer bahwa dia baik-baik saja.
“Alhamdulillah,” jawabnya.
Aku dan abang Brayen benar-benar kikuk. Astagfirullah, ini tidak boleh terjadi, aku harus menata hatiku. Walau bagaimana pun aku sudah memiliki suami.
“Silahkan duduk, Dek,” ucap abang Shaka.
Aku pun duduk ditempat yang disediakan. Sebenarnya ingin kutanyakan bagaimana kabar Arvian. Namun, kutahan karena abang Shaka sepertinya langsung ke intinya.
“Kita jangan terlalu lama di sini, karena Aksen pasti akan menyusul ke sini jika Monica terlalu lama.”
Abang Shaka segera membuka pertemuan walau aku terus menunduk karena merasa diperhatikan oleh abang Brayen. Tatapannya bahkan menyentuh sampai di dasar yang paling dalam di hatiku.
“Ini mengenai misi kita sebagai anak daddy dan bunda,” kata abang Shaka.
Maksudnya? apa ini ada kaitannya dengan Aksen? Atau kami mau adakan surprise dengan daddy? Ya Allah kenapa hatiku tak ten