Alastair Nyxen perlahan bangkit dari puing-puing batu hitam yang kini retak seperti cermin pecah. Darah berwarna ungu gelap mengalir dari sudut bibirnya, menetes ke tanah yang sudah dipenuhi luka dan jejak pembantaian. Sayap iblisnya kini hangus di salah satu sisi, terbakar sebagian oleh "Demon’s Heavenfire Strike".
Sementara itu, tubuhnya bergetar menahan panas dan tekanan spiritual yang masih melingkupi lembah.
Namun meski tubuhnya terluka, sorot matanya tetap congkak.
“Jadi... kau benar-benar mewarisi jiwa Phoenix. Tapi api itu... tak akan bertahan lama.” Alastair tertawa pendek, meski darah keluar bersamaan. “Api akan padam. Tapi kegelapan? Ia abadi.”
Kevin tak menjawab. Ia hanya melangkah maju, perlahan tapi mematikan. Setiap jejak kakinya membakar racun yang mengendap di tanah. Pedang Ilahi Phoenix di tangannya masih memercikkan api ungu kehitaman—api yang tidak lagi sekadar menyucikan, tapi membalas dendam.
Dari balik reruntuhan, muncul lagi para pembunuh profesional milik Sekt