Sinar matahari mulai merayap menelusup masuk melalui celah jendela. Udara hangatnya perlahan mengusik jiwa-jiwa yang masih terbelenggu dengan hawa dingin yang menyelimuti.
Rihana mulai mengerjapkan kelopak mata berulang kali, dia masih merasa kantuk, tapi juga ingin bangun karena merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya hingga membuatnya merasa begitu berat. Dia pun membuka kelopak mata perlahan, alangkah terkejutnya dia ketika melihat siapa yang kini ada di hadapannya, berbaring dengan mata terpejam dan memeluk dirinya.
“Kenapa dia tidur di sini?” Rihana bertanya-tanya dalam hati.
Rihana mengingat-ingat, hingga dia memejamkan mata sekilas karena merasa bodoh sebab lupa. Semalam dia dan Melvin bicara banyak hal, sampai akhirnya mengantuk dan sepertinya tidur di sana bersama tanpa mereka sadari. Rihana pun berusaha menyingkirkan tangan Melvin yang melingkar di tubuhnya, tapi usahanya sia-sia karena Melvin memeluknya semakin erat.
“Kenapa kalian tidur satu ranjang?”
Suara itu mengejutka