Rey tak tahu kebiasaan di sini, yakni setiap tamu, apalagi yang di anggap membantu kampung ini, akan di jamu dan di layani dengan baik.
“Duduklah di sini, kita ngobrol dulu, boleh?” Rey mencoba jalin komunikasi. Dayang mengangguk dan kini mereka duduk lesehan berhadapan.
“Jadi kejadian pembunuhan itu 3,5 bulan yang lalu yaa?”
“Ya Bang, padahal saya dan dia baru 3,5 bulan kawin, lalu suami saya di minta kepala adat berangkat ke Jakarta untuk menemui paman Amang di LP!”
Dayang juga sebutkan mereka memang bersepupu, karena ibunya adik bungsu dari istri Usu Abulu.
“Dayang tahu nggak siapa pembunuhnya dan di mana mereka bersembunyi?” pancing Rey lagi.
“Katanya sih mereka itu orang bayaran perusahaan, dan warga di kampung sebelah yang letaknya dua hari perjalanan dari sini,” aku Dayang dan sebutkan nama kampungnya.
Rey pun anggukan kepala dan janji akan mencari para pelakunya. Dayang terlihat senang dan bilang selama ini mereka selalu merasa terancam, terlebih setelah suami dan 2 warga lainn