Terjebak dalam dunia kelam Jakarta, Rey yang awalnya bercita-cita menjadi model justru berubah menjadi gigolo kelas atas, diincar wanita-wanita kesepian berduit. Namun, pencariannya terhadap ayah kandungnya membawanya ke jalan berbahaya—dari kematian misterius seorang klien hingga fitnah yang membuatnya terdampar di penjara selama 15 tahun. Berubah dari pengecut menjadi brutal tanpa kompromi, Rey bertekad membalas dendam dan membersihkan namanya, tetapi kenyataan memaksanya menjadi preman sadis demi bertahan hidup. Di antara ketegangan, sensualitas, dan ambiguitas moral, sebuah pertemuan dengan seorang kakek renta mengubah segalanya—apakah ini awal dari penebusan, atau justru jalan menuju kehancuran?
Lihat lebih banyak“Siapa model tampan itu?”
Seorang wanita separuh baya dengan gaya angkuh memanggil seorang pria klemar-klemer.
Mata sang wanita sedari tadi tidak lepas dari sosok tampan dan kekar yang sedang menyulut rokoknya.
“Namanya Reynaldhy, Nyonyah, panggilannya Rey! Ganteng kan, Nyah? Blasteran loh yaahh!” sahut si pria kemayu ini dengan gaya lincahnya.
“Hemm… aturkan dia ke kamarku setelah acara ini!”
Wanita highclass dengan body mulus ini lalu keluarkan segepok uang 5 juta yang diterima dengan semringah oleh si kemayu ini.
Dia pun melengos pergi dengan cuek, menghampiri si anak buah yang diminati tadi. “Rey…!”
Model tampan yang belum terlalu lama jadi peragawan ini langsung menoleh dan dia menghela nafas panjang, saat si pria kemayu ini mendatanginya. “Ada apa Mami Meni?” sahut si model ini dingin, lalu asyik merokok lagi.
“Sini deh, aku bisikin,” kata Meni dan dahi Rey ini mengeryit.
Wajahnya langsung merengut setelah Mami Meni selesai membisikkannya sesuatu. “Aku bukan pria seperti itu, cari yang lain saja!”
Rey pun pergi begitu saja dan Meni terperangah. Rey ternyata menolak rayuan untuk layani si tante angkuh tadi dan siap membayar mahal sang model tampannya ini.
Meni tak mau menyerah begitu saja, dia jejeri langkah Rey. “Jangan menolak honey. Dia wanita terhormat loh! Walaupun usianya sudah 40 tahun, tapi bodynya… wowww bak masih 25 tahun lohh! Lagian, kan kamu lagi butuh uang buat—”
“Mami Meni, aku jadi model ini profesional, bukan merangkap jadi gigolo, paham!”
Mami Meni melongo, penolakan Rey membuatnya terdiam sejenak. Anak asuhnya ini memang rada lain. Selain pendiam, tetapi sekalinya bicara suka nyelekit hati.
Rey langsung ngeloyor pergi. Dia keluar dari gedung ini, menuju ke pinggir jalan raya, untuk mencegat taksi. Sementara, Mami Meni terus menatapnya dengan tatapan yang culas.
Rey yang sudah tiba di pinggir jalan, terkejut ketika tiba-tiba ada sebuah mobil mewah menyampirinya.
Seraut wajah jelita membuka jendela mobil mewahnya. “Ikut aku yuk?” kata si empunya mobil menawarkan tumpangan.
“Makasih, Chikita.” Rey tak menolak, dia pun duduk di sisi gadis yang dipanggil Chikita, dan rekan sesama model di bawah asuhan Mami Meni.
“Kenapa manyun begitu, Rey? Disuruh layanin tante-tante girang lagi sama si mami, ya?” Chikita tertawa sambil tetap konsen ke setiran.
“Begitulah, Mami masih nggak menyerah!” sahut Rey pendek, sambil menoleh ke kiri melihat jalanan Jakarta yang makin malam tetap ramai.
Chikita tertawa, Rey tetap dengan gaya coolnya. Semenjak bergabung dengan Agensi Mami Meni 5 bulanan yang lalu, Chikita inilah sahabat dekat Rey.
Rey tahu, Chikita adalah model papan atas andalan Mami Meni, sekaligus simpanan seorang pengusaha terkenal merangkap politikus di Senayan.
“Kamu hebat Rey, tapi… apakah kamu tetap akan bertahan, sementara kebutuhan ekonomi makin gila-gilaan?” pancing Chikita sambil melirik pemuda tampan jangkung ini di sisinya.
“Entahlah Chiki… aku tetap ingin berjalan begini saja. Kamu tahu, kan, jadi model ini sekedar batu loncatan saja, sambil menunggu panggilan wawancara dari sebuah stasiun TV,” sahut Rey terkesan pasrah.
Chikita menganggukkan kepala. Dia tahu, Rey memang bercita-cita jadi news anchor, seperti profesi ibunya dulu, yang kini sudah lama pensiun.
“Kamu mau nggak aku kenalkan dengan sahabatku? Dia bos skincare, loh…janda, masih muda. Usianya baru 30 tahunan, tapi punya anak satu berusia 8 tahun!”
Rey menoleh ke arah Chikita, yang dilirik tetap konsen ke jalan. “Kamu lagi mau jual aku? Atau gimana sih?” cetus Rey.
Cittt…!
Chikita langsung injak rem, kebetulan juga lampu merah.
“Rey, jangan samakan aku dengan Mami Meni!” Chikita menoleh dan menunjukkan wajah masamnya. “Sahabatku itu bukan tante girang loh, dia hanya butuh… pacar! Tapi, ya udah kalau kamu tidak mau tak apa, sebel!”
Wanita itu jengkel disamakan dengan Mami Meni, seorang manajer yang merangkap sebagai mucikari.
“Maaf.” Rey buru-buru minta maaf, sambil tangannya elus paha mulus Chikita. “Maafin aku, ya….”
Chikita langsung menepuk keras lengan nakal Rey.
Pemuda ini tertawa saja.
Kesalahpahaman mereka hilang begitu saja, berganti dengan celoteh tawa. Saat mobil Chikita sampai di indekos Rey, wanita itu kembali menghentikan mobilnya.
“Yakin nih, nggak pingin mampir, Chiki…?” kata Rey yang turun di depan kosnya.
“Nggak!” sahutnya langsung, dengan wajah ketusnya. “Masih bad mood, gara-gara ucapan kamu tadi. Malas juga ladeni perkutut gede kamu itu malam ini!”
Rey senyum dan kaca mobil ditutup, Chikita pun tancap gas meninggalkan Rey yang hanya angkat bahu bidangnya.
Tepat saat mobil Chikita menghilang, Rey dikejutkan dengan deheman seseorang di belakangnya.
“Ehem!!!”
**
Sampai kini Rey belum ada rencana menemui kakeknya, apalagi ayah kandungnya, Bannon Sulaimin, yang diam-diam terus melacak keberadaannya.Bahkan tanpa setahu Rey, Bannon kirim seorang agen khusus melacak Rey, setelah dapat kabar, anaknya menghilang...!“Aku berencana, setelah antar Kahini dan Abini, akan pulang kembli ke Indonesia, terlalu lama di sini dan di anggap sudah tewas pula oleh kesatuanku…!” cetus Rey, akhiri kisahnya.“Negerimu sangat indah, aku sering sekali search di internet, moga someday di tugaskan ke sana, sekalian bisa berlibur,” dan untuk pertama kalinya Irina senyum kecil.Sehingga wajah cantiknya yang sangat mirip mantan istri seorang Sultan di Malaysia makin cantik saja.Saat malam hari jelang tengah malam, mereka kini sudah berada di pinggiran Kota Halabah, tujuan mereka saat ini hanya 30 kilometeran lagi.Rey sama sekali tak sadar, di kota inilah dahulu kakeknya Kendra Sulaimin menemukan harta karun yang luar biasa banyaknya.Setelah di rebut Israel, wilayah pe
Tanpa banyak tanya lagi, Rey nyatakan sanggup mengambil harta-harta itu, demi selamatkan Kahini dan Abini.“Tapi aku ajukan syarat, sebelum aku berangkat, pertemukan aku dengan kedua temanku itu, kalau tidak, kalian tembak pun sekarang aku tak masalah,” cetus Rey.Abu Jaharu tak banyak cincong setuju dan Rey-pun bisa bertemu keduanya satu hari kemudian, dan berbisik dia pasti kembali untuk jemput keduanya.Kahini dan Abini mengangguk, mereka percaya dengan janji Rey. Andai tak di pantau dan di jaga ketat, Rey hampir saja ingin geluti keduanya,kangen juga dia."Sabar ya sayang, selesaikan misi dulu," bisik Abini, hingga Rey senyum kecil. Si kalem ini memang lebih dewasa pemikirannya.Rey juga lega, keduanya tidak di kurung di sel atau ruangan kotor, tapi di tempatkan di sebuah kamar, walaupun di jaga ketat, lebih tepatnya Kahini dan Abini tawanan rumah.Setidaknya, Abu Jaharu pegang janjinya, untuk memperlakukan keduanya layaknya 'tamu', bukana tawanan.Rey hanya minta satu orang untuk
Begitu penutup wajahnya di buka, Rey melihat dirinya sudah berada di sebuah ruangan yang terang. Di depannya berdiri seorang pria dengan brewok lebat dan memandangnya dengan tajam.Ada 10 anak buahnya dengan senjata terkokang berada di kiri dan kanannya. Pakaianya ala-ala pasukan khusus saja, denga pistol di pinggang, nampak gagah, tapi terlihat licik wajahnya.“Hmm…jadi kamukah orangnya yang sudah hancur leburkan kelompok Red Blue 2? Muda…tampan dan selalu senyum, benar-benar seorang ‘Algojo’ berdarah dingin dan berpangkat Letnan Kolonel dari Indonesia…!” cetus Abu Jaharu, sang pemimpin kelompok ini.Rey terdiam sesaat, kaget juga jati dirinya dengan komplet sudah di ketahui orang ini. Termasuk asal negaranya, artinya dirinya sudah di pantau lama kelompok ini.Tapi Rey bukan tipikal laki-laki pengecut, Rey sudah siap dengan segala resiko, matipun baginya adalah resiko terburuk yang dia hadapi saat ini. Dia pun tetap tenang dan tidak menunjukan sikap takut.“Begitulah tuan…mereka send
Tak sulit ajari keduanya, mereka seolah murid cerdas yang mudah menyerap ilmu enak ini.Hari kedua…ketiga hingga 10 harian, ketiganya benar – benar larut dalam manisnya bulan madu ini. Kahini dan Abini kini bukan lagi dua gadis cantik yang lugu soal bercinta.Mereka sangat lihai dan Rey mau tak mau akui, Kahini dan Abini adalah murid bercintanya yang cepat beradaptasi.Rey sang mahaguru keduanya yang sudah mengajari bagaimana tehknik memuaskan pasangan dan cara bercinta yang asoy geboy dan bikin mereka bertiga terbang ke awan.Setiap hari sang room boy hanya bisa melihat iri saat membersihkan kamar ini, bekas-bekas percintaan jelas sekali terlihat, bukan hanya di ranjang empuk, di kamar mandi dan sofa di kamar suite ini juga penuh denan aroma keju...!Kahini dan Abini seolah pasangan duet yang mampu imbangi keperkasaan sang Don Juan hebat ini. Inilah yang bikin Rey makin lama makin sayang dengan keduanya.Dan dia nekat, kelak akan memikirkan caranya, untuk membawa keduanya pulang ke In
Rey lupakan sejenak OTK yang terus memantau mobilnya, dia ingin menikmati pemandangan indah di depannya saat ini, Kahini dan Abini.Pria matang ini tentu saja tak ingin lewatkan dua gadis jelita ini, yang sudah menunjukan rasa suka padanya, dan dia pun tak menolak anugerah ini. Rey senyum sendiri, saat keduanya izin mau mandi di toilet. Sikap keduanya sudah sangat mirip dengan Joeleha, apa-apa minta izin dulu dengannya.Satu hal lagi yang bikin Rey makin suka, keduanya tidak menunjukan sikap malu-malu.Di usia matangnya yang kini hampir 31 tahunan, nafsunya sedang di ‘puncak jaya’ hingga otak Rey sudah konslet dan siap untuk pecah telor kedua calon ‘budak sahayanya’ ini.“Kenapa aku tak bawa saja keduanya ke Indonesia…tapi, aku pasti dipecat, di korps-ku tak ada kompromi punya 2 bini sekaligus,” batin Rey, yang mulai berpikir untuk hidup berumah tangga, mengingat usianya yang makin matang ini.Rey tidak munafik, dia bercita-cita, minimal akan pensiun dengan bintang di bahu, bukan han
Perjalanan menuju ke Kampung Hom kembali bikin Rey santai, Kahini dan Abini tak ragu gantian bawa mobil jenis jeep jadul ini. Nggak pakai AC, sudah rusak AC-nya, sehingga hanya andalkan angin saja, mobil ini juga sangat boros BBM.Dan untuk pertama kalinya, Rey melihat kerudung Kahini dan Abini terbuka, rambut mereka yang panjang dan agak pirang pun melambai.Rey yang ingin tiduran di jok tengah malah tak jadi ketiduran, dia memperhatikan saja keduanya asyik ngobrol gunakan bahasa asli mereka, sehingga Rey kadang paham, kadang nggak.“Agaknya kita harus ganti mobil yang ada AC-nya!” Rey buka obrolan dan keduanya langsung kaget, apalagi kepala Rey muncul di antara mereka. Bahkan Rey sempat-sempatnya mencium aroma rambut keduanya yang berbau wangi, setelah memakai hampo Joeleha sebelumnya.“Ganti mobil? Maksudnya di tukar gitu?” tanya Kahini yang kini duduk disamping Abini yang saat ini pegang setiran.“Ya, nanti kalau sampai di sebuah kota yang kita singgahi dan ada yang jual mobil, k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen