Mereka terus menyiksa Hasan tanpa henti, sedang wanita yang memerintah mereka berdiri dengan angkuh di depan pintu menikmati pemandangan yang bagi orang biasa itu sangat mengerikan, tetapi tidak dengan Mawar, ia begitu menikmati setiap pukulan yang mendarat ke tubuh Hasan. Bahkan, kedua matanya berbinar kala melihat darah segar mengalir dari pelipis, bibir, dan anggota tubuh lainnya yang terluka. Sebenarnya, dia orang waras atau bukan?
Tak puas hanya melihat dari jauh, Mawar kembali melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam kamar nan mewah, tetapi sudah di penuhi aroma darah, "sebenarnya aku sangat menantikan moment bahagia ini, Mas. Hamil, menikah, melahirkan, dan kita hidup bahagia," ucapnya seraya mendekati Hasan yang tergeletak di lantai.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
"Cukup!" kata Mawar, sontak kelima anak buahnya langsung berhenti memukuli Hasan, "biarkan dia hidup, aku tidak ingin semua usahaku selama ini jadi sia-sia!" kata Mawar.
Ia berjongkok, dan meraih wajah Hasan yang sudah babak be