Elena membuka matanya perlahan, mencoba mengenali ruangan di sekitarnya. Langit-langit putih dan suara lembut mesin medis menjadi petunjuk pertama bahwa dia berada di rumah sakit. Tubuhnya terasa lemah, tetapi napasnya kini lebih teratur. Saat dia menoleh, dia melihat Eric duduk di kursi di samping ranjang, wajahnya tampak lelah.
“Eric...” bisik Elena dengan suara serak.
Eric langsung berdiri, mendekatinya. “Abby, kau sudah siuman. Syukurlah,” katanya dengan senyum lega. “Bagaimana perasaanmu?”
Elena mencoba mengingat apa yang terjadi. Kilasan peristiwa datang ke pikirannya — dua pria di jalan, darah, rasa sakit yang tak tertahankan, dan akhirnya tangisan bayi. “Di mana aku?” tanyanya pelan.
“Kau di ruang perawatan,” jawab Eric sambil duduk kembali. “Kau mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan, tapi dokter berhasil menyelamatkanmu. Semuanya sudah baik-baik saja sekarang.”
Elena menatap Eric dengan mata yang mulai penuh air mata. “Bayiku...” bisik wanita itu, suaranya penuh kepan
