Elena duduk di sofa, mencoba menenangkan dirinya setelah hampir terjatuh tadi. Bayinya kini tertidur lelap di pelukannya, membuat suasana menjadi sedikit lebih damai. Eric kembali dari dapur dengan membawa secangkir teh hangat.
“Ini, minumlah. Akan membantu menenangkanmu,” katanya sambil menyerahkan cangkir itu kepada Elena.
Elena menerima teh itu dengan tangan yang masih sedikit gemetar. “Terima kasih, Eric. Kau selalu tahu apa yang kubutuhkan,” katanya pelan, penuh rasa syukur.
Eric tersenyum. “Itu bukan hal besar. Kau hanya perlu banyak istirahat. Aku akan memastikan semuanya berjalan lancar untukmu dan bayimu.”
Elena menyesap teh itu perlahan, kehangatannya merambat ke seluruh badan. Dia merasa tenang, meskipun masih ada kegelisahan kecil yang tersisa di hatinya. Eric duduk di kursi di depannya, menatap Elena dengan perhatian yang membuatnya merasa sedikit gugup. Tatapan mereka bertemu selama beberapa waktu. Sampai akhirnya, Elena memutus tatapan itu dan mengalihkan pandangan pada