Ketukan di pintu membangunkan Elena dari lamunannya. Bayinya baru saja tertidur setelah lama menangis, dan Elena merasa sedikit lega. Namun, suara ketukan itu membuatnya cemas. Dengan hati-hati, dia berjalan ke arah pintu dan membukanya sedikit.
“Eric,” katanya lega saat melihat wajah pria itu di celah pintu.
Eric terlihat antusias dengan senyum lebarnya. Namun, ketika melihat raut cemas Elena, senyumnya pudar, berubah menjadi kekhawatiran.
“Kau baik-baik saja?” tanya Eric, matanya menatap Elena penuh perhatian. “Kau terlihat pucat.”
Elena mencoba tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah. Tadi bayiku menangis terus dan aku kesulitan menenangkanya,” jawabnya sambil membuka pintu lebih lebar untuk membiarkan Eric masuk.
Eric mengangguk, meskipun ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak sepenuhnya percaya. Dia melihat sekilas ke arah bayi Elena yang tidur di kasur kecil di sudut ruangan, lalu kembali menatap Elena. “Aku membawa sesuatu untukmu,” katanya sambil mengangk