“Baiklah.” Elena melemaskan bahu. “Aku akan memesan kamar terpisah.”
Jika tidak bisa pulang ke apartemen, setidaknya dia bisa memesan kamar yang terpisah.
Sean menatap wanita itu dengan tegas. “Siapa yang mengizinkamu memesan kamar terpisah?”
Sikap dominan Sean membuat Elena memutar mata jengah. “Aku tahu aku adalah asistenmu, tapi tidak berarti aku harus 24 jam selalu bersamamu. Aku juga memiliki privasi.”
“Tidak ada negosiasi, Nona Winter!” Sean berbicara dengan tegas, lalu berjalan pergi meninggalkan Elena.
Wanita itu mengepalkan kedua tangan, lalu mengentakkan kakinya. Dia menggerutu, menganggap Sean semena-mena terhadap dirinya. Dalam situasi tertentu, Sean selalu memanggilnya dengan nama Winter, seolah ingin menegaskan bahwa sebagai siapa pun, Elena akan tetap berada di bawah kendalinya.
“Jangan menyalak di hadapan singa yang sedang kelaparan,” bisik Jake.
“Dia bukan singa kelaparan tetapi iblis jahanam,” sahut Elena, menatap kesal pada punggung Sean. Lalu, dia menoleh pada Jake.