Bramono sudah memutuskan untuk memaafkan Regantara meski dengan hati yang begitu berat dan sangat terpaksa. Bramono menyuruh anak itu untuk tidak lagi mengganggu, dan menemui Ziva.
“Aku enggak bisa jauh dari Ziva, Pa,” lirih Regan, memohon.
“Harus bisa!”
“Pa, please …,” pintanya masih memohon.
“Tadi kamu bilang ingin meminta maaf kepada saya? Sekarang sudah saya maafkan tapi kenapa kamu masih saja tidak tahu diri, hah!”
Regan hanya menelan ludahnya sendiri dengan susah payah. Ia memang berniat meminta maaf dan sukurnya Bramono mengerti hingga memaafkan segala kesalahannya. Akan tetapi kenapa ujung-ujungnya jadi enggak enak begini.
Tidak ingin menyerah membuat Regan terus berusaha agar tetap bisa bersatu dengan Ziva. Apapun penolakan yang diterima, Regan harus bisa menerima dan terus berjuang. Ya, harus berjuang demi cinta-nya kepada Ziva. Katanya kalau cinta sejati itu butuh perjuangan d