Bab 19.A
"Mir, ada undangan buatmu." Ibu menyodorkan satu buah kertas berukuran persegi empat, warna dan bentuknya begitu indah, sepertinya itu undangan dari orang berada.Tanganku mulai meraih benda itu dan membukanya tanpa kata dan membaca, saat sudah sempurna terbuka barulah tahu siapa dua nama yang tertera di dalamnya.Tania dan Heri yang sedang berbahagia akan melangsungkan akad nikah sekaligus resepsi dua hari lagi, mengapa ia setega itu bahkan perutku belum terlihat membukit ia sudah merajut cinta yang baru.Surat cerai kami sudah keluar dari pengadilan agama, mereka mengatakan jika masa iddahku sampai hari melahirkan tiba, tapi dia yang sudah menanam benih ini akan bersanding dengan wanita lain disaat benihnya belum tumbuh sempurna."Kamu sedih, Mir?" tanya ibu yang berwajah sendu.Aku menggelengkan kepala, entah rasanya sedih atau kecewa yang jelas keadaan yang kualami tak berpi