Pemuda bernama Zulham itu, membangkitkan keinginanku untuk belajar mengaji, tetapi bagaimana caranya? Sedangkan di kampung ini tidak ada yang mengajarkan, ada beberapa anak-anak dari desa ini yang belajar mengaji, itupun tidak banyak, hanya beberapa anak, dan mereka harus ke desa tetangga. Sedangkan aku tidak pernah sama sekali, begitupun dengan Iroh.
Zulham sudah selesai membaca kitab suci, sepertinya pemuda tampan itu tahu, jika ada aku dan Iroh yang terus memperhatikan dari kaca jendela. Zulham langsung menoleh ke arah di mana aku sedang memperhatikannya, mata kami pun langsung bersitatap, dan pemuda itu semakin terlihat cakep saat memberikan senyuman. Aku benar-benar jatuh cinta. Kurasakan paras wajah ini mulai menghangat, dan terasa jantungku berdetak lebih kencang. Tidak, aku tidak membuang muka, terus saja menatap wajahnya, malah Zulham yang terlihat sekarang menunduk, menutup kitab yang terbuka di atas lekar kayu. Sepertinya aku mewarisi darah emak dan kedua kakak perempuanku,