Part 338
Paras wajah emak terlihat senang bukan main, saat pria itu bilang menginginkan aku.
Begitupun dengan bapak dan Kang Wawan, hanya Teh Astuti yang memasang wajah cemberut, entahlah kenapa kakakku bersikap seperti itu. Apakah masih marah karena peristiwa di pinggir jalan tadi?
Aku paham maksud dari pria kota tersebut, dan aku tidak bisa berkata dan berbuat apa-apa, selain hanya berdiri terdiam. Teh Astuti mendorong-dorong pelan tubuhku, seperti menyuruh untuk berkenalan dengan orang kota tersebut, tetapi aku tetap diam.
'Apa aku bisa melakukannya?' bisik hatiku.
"Sarah, sini duduk di samping emak." Sembari menoleh ke arahku dengan raut wajah bahagia, dan aku mengangguk mengikuti keinginan emak untuk duduk di sampingnya. Tepat di depan Kang Wawan dan pria kota tersebut. Sementara bapak memilih duduk sendiri terpisah. Dia tidak punya kuasa apapun di rumah ini, semuanya dikuasai Sarmenah, emakku.
Pria paruh baya bertubuh tinggi itu terus saja memperhatikan aku. Kulitnya putih, s