Saat aku masih merasa bimbang, harus menemui Zulham atau tidak, terdengar suara emak memanggilku kembali. Bergegas kembali ke luar kamar untuk menemui emak di ruang tamu.
"Ada apa, Mak?"
"Emak mau pergi sebentar, biasa ... keliling kampung," jawabnya, lalu berjalan menuju pintu keluar, tubuhnya penuh dengan perhiasan. Sepertinya emak ingin memamerkan perhiasan gelang terbaru yang baru saja dibelinya. Dan juga pastinya dia akan bercerita dengan bangganya, bila harga kegadisanku adalah yang termahal di desa ini. Mungkin emak sudah kangen bercerita seperti itu, karena hanya kakakku Teh Niken yang pernah menjadi termahal sebelum dikalahkan oleh Asmunah putrinya Mak Enah, sementara Teh Astuti jauh di bawah mereka berdua.
Dengan uang mudah yang didapatkan emak dari Teh Niken yang kerja di kota dan Teh Astuti, toh hidup kami tetap saja tidak kaya-kaya, atau karena emak dan bapak kecanduan berjudi? Bapak dengan judi kartu dan sabung ayam, sementara emak dengan judi angka pakong dan judi bun