"Benar, Kak," jawabku pelan atas pertanyaan Zulham, dan aku tidak mungkin berbohong. Mungkin sekarang, satu kampung sudah tahu semua tentang kabar itu. Dan sebenarnya bukan lah hal yang aneh bagi mereka, justru yang menganggap aneh itu karena orang tersebut tidak tahu kebiasaan yang berlaku di desa ini, dan Zulham termasuk salah satu dari orang aneh tersebut.
Zulham pun terdiam sesaat, namun matanya terkesan seperti ada rasa kecewa, atau mungkin hanya dugaan aku saja. Zulham kemudian kembali bertanya hal yang sebenarnya sudah dia tanyakan tetapi belum sempat aku jawab.
"Kamu tidak takut dosa, Rah?"
Aku menghela napas panjang, mengalihkan pandanganku dari Zulham, kembali menatap pesawahan di seberang sungai.
"Kata emak, kami lebih takut jika tidak bisa makan dibandingkan dengan dosa, biarkan hal dosa menjadi urusan lain. Lagipula, bukan hanya kami yang melakukannya. Bahkan, mungkin ada jauh lebih parah dari kami."
"Maaf ya, Rah. Kakak pikir ucapan emak tidaklah tepat. Di sisi lain, bu