"Kamu mau bicara apa, Rah?"
Aku terdiam sebentar, tidak langsung menjawab pertanyaan Iroh. Mencoba mengatur debar jantung, membuang nafas perlahan. Baru mulai bicara.
"Zulham ingin mengajakku menikah, Roh," bisikku pelan, sedikit bergetar suaraku saat memberitahukan Iroh tentang itu. Sahabatku itu terlihat terkejut, mungkin dia pun pastinya tidak menyangka.
"Kamu beneran, Rah, kapan?" tanya Iroh, menatapku dalam.
"Beneran, Roh, tadi sore Zulham datang sendiri ke rumah, mengutarakan maksudnya," jelasku lagi.
"Terus, Kamu terima nggak?" Aku hanya menggeleng.
"Aku belum sempat kasih jawaban, Roh."
"Ko, bisa?" tanya Iroh lagi.
"Emak keburu memanggilku tadi."
"Kamunya mau, nggak?" aku terdiam sesaat. Dilema antara Zulham dan Om Gunadi yang sudah memberikan uang panjer.
"Aku masih bingung, Roh," jawabku lagi.
"Bingung kenapa?"
"Entahlah, Roh, aku masih ragu-ragu."
"Ragu-ragu kenapa, Rah?"
"Sepertinya, baru dua hari aku mengenal Zulham. Masa bisa secepat itu," jawabku.
"Rah, kata sebagia