Sebelum ke kamar Teh Niken, aku harus melewati kamar utama terlebih dahulu, kamar emak dan bapak. Terdengar suara dari dalam kamar emak, suara-suara yang sering kudengar dari semenjak aku kecil, entah itu dari kamar Teh Astuti atau pun dari kamar Teh Niken, begitupun kamar emak. Aku benar-benar sudah terbiasa, tidak lagi merasa aneh.
Kuketuk pintu kamar Teh Niken perlahan, sembari memanggil-manggil namanya.
"Teh ... teteh ... ini Sarah, Teh." Terus saja aku memanggil, sembari mengetuk daun pintu.
"Ada apa, Sar." Terdengar jawaban dari dalam kamar.
"Sarah ingin bicara, Teh," ucapku lagi. Sambil terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya pelan.
"Kamu mau bicara apa?" tanyanya lagi, sedikit serak suaranya terdengar.
"Ijinkan Sarah masuk dulu, Teh, sebentar saja," pintaku pelan, kepada si teteh. Perlahan pintu kamar pun terbuka, tetapi tanpa menyuruh masuk, Teh Niken langsung berbalik kembali, dan duduk di sisi ranjangnya, matanya terlihat sembab, sepertinya dia baru saja selesai menangis. Aku