Dengan motor tua miliknya, bapak mencoba mencari keberadaan Teh Astuti ke kota kabupaten. Aku menolak saat bapak memintaku untuk menemaninya. Niatku sudah bulat, akan pergi dengan Zulham malam ini juga. Karena hanya malam ini kesempatan terakhirku untuk bisa pergi dari rumah. Sedangkan besok malam, kemungkinan Om Gunadi akan datang menjemputku, dan langsung mengajak ke bandara untuk menemaninya liburan beberapa hari di Bali dan Lombok.
Menjelang sore, Teh Niken yang sudah kuberi tahu akan rencana kepergianku malam nanti memintaku untuk menemui dia di kamarnya. Wajahnya semakin terlihat pucat, tubuhnya pun terlihat tidak bertenaga. Dia selalu mengeluh mudah cape, tulang-tulangnya terasa sakit, padahal tidak melakukan aktivitas apa pun di rumah. Sepertinya, penyakit yang sudah dideritanya mempengaruhi stamina tubuhnya.
"Duduk, Rah," ucapnya, menyuruh aku duduk di bangku rias, berhadapan langsung dengan Teh Niken yang duduk bersila di atas ranjang dengan sebuah bantal di atas pangkuannya