Ada sekitar satu jam-an, aku menghabiskan waktu di kamar berdua dengan Kang Danu. Memadu hasrat dalam keadaan mabuk, hal-hal yang dulu sering kulakukan semasa muda dulu bersama dengannya.
Sarmenah namaku, biasa dipanggil Ceu Menah, pernah menjadi seperti dua orang anakku, Niken dan Sarah sebagai pemegang harga kegadisan tertinggi saat aku muda dulu.
Aku masih ingat dengan siapa orang yang pertama membeli kegadisanku, seorang kepala desa satu kabupaten dengan kampungku. Saat itu usiaku lebih muda dari Sarah, usia 13 tahunan, dan sampai usia 17 tahun aku masih memegang harga tertinggi saat itu, sampai akhirnya yang berusia lebih muda menggantikan posisiku.
"Yuk, Menah, kita berangkat sekarang," ajak Kang Danu, sambil meminum gelas anggur terakhirnya, menyisakan separuhnya lantas diberikan kepadaku, dan langsung kuhabiskan tanpa sisa.
Sembari tertawa genit, dan berjalan sedikit sempoyongan aku memeluk pinggang Kang Danu, yang juga memeluk bahuku. Kepada salah seorang anak buahnya yang s