Tangis anakku Tasya semakin kencang, terdengar dia memanggil kata "Mamah-mamah," Dan aku, si mamah yang dia maksud, sedang dalam keadaan terluka. Bukan hanya fisiknya, tetapi juga hatinya.
Luka yang paling menimbulkan rasa sakit. Karena terlalu sakit, hingga sanggup merubah rasa cinta, kesetiaan, pengorbanan, dan pengabdian, menjadi dendam yang terus tersimpan. Terbungkus dari sebuah rasa ketakutan, hingga pada akhirnya aku harus melakukan perlawanan.
Kuhantamkan potongan kayu kaso itu tepat di arah tengkuknya, sekencang-kencangnya, hingga duit simpananku yang ada digenggaman tangannya terlepas berhamburan. Tidak, tidak hanya sekali, potongan kayu itu terus menimpa tubuh bagian kepalanya, bahkan berkali-kali, sekenanya saja.
Si bajingan laknat itu berteriak kesakitan, berusaha menutupi kepala dan tubuhnya dari pukulan dan hantaman yang kulakukan terus menerus. Rasa sakit dan penderitaan yang selama ini, aku dan Tasya alami membuatku menjadi raja tega.
Tubuhku sudah tidak bisa diken