Benar-benar kubuat habis separuh air di dalam ember, kumasukkan paksa ke dalam mulutnya, sama persis dengan yang pernah dia lakukan terhadapku, sudah tidak ada lagi rasa iba di hatiku terhadapnya.
Wajahnya terlihat memerah, matanya melotot menahan sakit, seluruh isi makanan di dalam perutnya keluar semua, sedang muntah-muntah, sembari terbatuk-batuk Mas Burhan sekarang ini, sesekali tubuhnya mengejang, masih dengan tangan dan kaki yang terikat. Berkali-kali air seninya keluar, dan sudah kuantisipasi dengan meletakkan semua pakaian miliknya di bawah tubuhnya.
"Ampuni aku, Minarsih," rintihnya, sembari terus terbatuk-batuk. Aku hanya menatapnya dingin, tanpa ekspresi. Kuhampiri dan kudekati dia, sembari menunjukkan kon*om yang kutemukan di dalam dompetnya.
"Dengan siapa kau kenakan Kon*om ini, bajingan." Wajahnya berpaling menengadah kepadaku, mukanya sudah penuh dengan tempelan muntahannya sendiri, lalu kembali dia terbatuk-batuk.
"Kau jual tubuhku, kau peras hasil keringatku, lalu has