"Hatimu terbuat dari apa, Burhan? Semua laki-laki bercerita tentang tubuhku, dan bagaimana rasanya, lalu kau tanggapi seolah-olah ini sebuah percakapan biasa. Ban*aatt kau Burhannn!" Aku kembali berdiri dari sisi ranjang. Kuinjak dan kutendang berkali-kali wajah si Burhan, tidak kuhiraukan jeritan dan lenguhan kesakitan yang keluar dari mulut jahatnya. Hidung dan mulutnya kembali mengeluarkan darah segar.
"Laknat! Iblis kau baj*Ngan!!" Sembari terus kutendang wajah di bagian hidungnya, hingga patah sepertinya, laki-laki itu menangis meraung-raung kesakitan. Kakiku terus saja menghantam.
"Bunuh aku Minarsih, bunuh saja aku!" Mulutnya sudah penuh dengan darah, menyumprat keluar dari mulutnya, begitupun wajahnya, matanya melotot menahan sakit dan badannya kembali mengejang.
"Bunuh? Kau mau cepat-cepat mati, cuihhj! Enak sekali!" Kutendang sekali lagi hidungnya, dengan sekuat tenaga, kembali dia melenguh kesakitan. Setiap dia berteriak yang kurasa bisa terdengar dari luar, maka akan ku be