Paris, Prancis
Pagi setelah Paris Fashion Week
Udara pagi Paris masih basah oleh sisa embun semalam. Langit keabu-abuan menggantung rendah, seperti enggan melepaskan gelap yang masih tersisa. Di kejauhan, menara Eiffel berdiri megah, siluetnya samar dibalut kabut tipis.
Aku berjalan pelan di lorong apartemen tempat kami menginap, mengetuk pintu kamar Melisa dan dua wanita lainnya. Matahari bahkan belum menampakkan sinarnya sepenuhnya, tapi aku sudah memaksa diri bangun lebih cepat.
Mataku berat, kelopaknya seperti diselimuti pasir. Beberapa hari terakhir, aku tidur hanya sekilas, itu pun lebih mirip terlelap singkat di tengah kecemasan. Terlalu banyak yang berseliweran di kepalaku. Terlalu banyak rasa takut yang belum sempat kuhadapi.
Tapi satu hal mengusir semua rasa lelah itu.
Mas Panji.
Bayangan wajahnya, tatapan terakhirnya di deretan belakang venue semalam, terus terpatri di benakku. Senyumnya yang menenangkan, jempolnya yang terangkat… aku takut, sangat takut jika semalam adalah