Air mata tak terasa kembali menetes di pipi. Mas Yusuf kembali berubah. Padahal aku sudah merencanakan jadwal untuk mengisi waktunya seharian esok. Tapi, Mas Yusuf memilih pergi ke Bali bersama Jenifef, istri mudanya.
Aku meremas bajuku sendiri. Menahan rasa kecewa di dalam dada. Aku yang lemah selalu saja hanya bisa menangis saat merasakan kecewa dan sedih.
Ting!
Bunyi notipikasi pesan masuk pada ponsel pintarku. Kuraih benda pipih itu di atas nakas. Hanya pesan dari Siska yang menanyakan kabarku. Kubalas saja 'Baik' padahal batinku tengah sendu.
Tak sengaja kugeser layar lalu melihat status whatsup milik Khaila.
"Harusnya sih paham ya, kalau suami sudah enggan bersama lebih baik pergi saja. Ini malah tetap diam saat telah dicuekin. Berwajah tembok sih."
Degh! Terasa ada yang mengejutkan jantungku. Apa maksud dari status whatsup Khaila. Apa dia menyindirku?
Aku segera membalas status Khaila tadi.
[Apa maksud kamu? Menyindir saya?]
Balasan status itu terkirim dan centang dua. Rupan