Suara Desahan di Kamar Anakku

Suara Desahan di Kamar Anakku

Oleh:  Miss_Pupu  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.9
55 Peringkat
334Bab
420.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dua kali mendapatkan pengkhianatan adalah hal yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita bernama Mia Lestari. Wanita berusia 36 tahun itu, lagi-lagi harus dirundung nestapa saat pernikahannya yang terasa sempurna kembali diguncang dengan perselingkuhan. Bahkan yang lebih parahnya lagi, kali ini wanita idaman lain suaminya adalah orang yang paling dekat dengannya. Satu hal yang harus Mia pilih saat itu, bertahan atau pergi? Akankah Mia bisa mendapatkan mahkota kesetiaan dari seorang lelaki?

Lihat lebih banyak
Suara Desahan di Kamar Anakku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
D N
lama banget seh terungkapnya.. atau jangan jangan Rani bukan anak kandung Mia,tak mungkin seorang anak kandung tega menyakiti ibunya
2024-02-23 10:31:12
0
user avatar
Almeira. S
Asli keren bgt novelnya
2024-02-07 23:11:05
1
default avatar
Dindan
Deg-degan terus bacanya..
2024-02-03 16:18:05
1
user avatar
Siti Azizah Nursetiawan
duh baru mulai baca kok udah ngeri yooo...
2024-01-29 11:31:35
1
user avatar
Harsa Amerta Nawasena
Suka dengan ceritanya
2024-01-27 13:12:10
1
user avatar
Neng Itok
Ceritanya bagus bikin penasaran
2024-01-25 20:07:35
1
user avatar
Dara Kirana
anaknya gak tau diri, bapaknya gak punya hati.
2024-01-21 11:26:23
0
user avatar
FitrianiYuriKwon
Lanjutkan Thor... Suka sama ceritanya...
2024-01-19 22:23:42
0
user avatar
Muezza
alurnya bagus, diksinya suka
2024-01-19 05:27:20
0
user avatar
Seccomander
Suka sama tokoh Yusuf ...️
2024-01-19 05:10:35
0
user avatar
Vanilla_Nilla
Wah, seru banget nih ceritanya.
2024-01-18 20:09:27
0
user avatar
Haifa Dinantee
haduh... greget!
2024-01-18 19:45:31
0
user avatar
Clau Sheera
senang rasanya. akhirnya Mia dan Yusuf hidup bahagia.
2024-01-18 19:33:35
0
user avatar
Ana j
BAgusss kakk, sukaa ^_^
2024-01-18 16:39:09
0
user avatar
Radd
Bagus kali pun ini. Yuk lanjut
2024-01-18 14:49:30
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
334 Bab
1 Suara Desahan
"Ah ..."Malam yang sudah larut saat jarum pada benda bundar yang menempel di dinding menunjukan pukul dua belas malam aku keluar dari kamar karena kehausan.Bulu kudukku tiba-tiba merinding saat aku berjalan melewati kamar Rani. Suara desahan keluar dari dalam ruangan itu. Suara siapa?Aku mengusap pundakku. Merasa ada yang aneh. Mana malam ini suamiku tak pulang karena harus lembur.Dengan rasa takut dan penasaran di dalam dadaku, segera ku tempelkan telinga ini pada pintu kamar Rani. Aku yakin suaranya dari dalam kamar Rani, Anakku. Gadis berusia tujuh belas tahun itu pasti sudah tidur. Lalu, suara siapa itu?"Hmm ..."Lagi-lagi suara-suara aneh itu mendebarkan jantungku. Aku yakin kalau itu suara Rani. Aku sangat yakin, itu suara putri tunggalku. Mengapa harus mendesah di malam yang sudah selarut ini? Sedang apa dia di dalam kamarnya?Aku menelan saliva dengan cemas. Segera ku ketuk pintu kamar Rani dengan kencang dan memanggilnya."Rani! Buka pintunya!" Tak ada jawaban dari dala
Baca selengkapnya
2 Alat Kontrasepsi
"Apa-apaan ini! Milik siapa ini?"Aku bertanya-tanya sendirian di dalam kamar Rani. Tak sudi aku menyentuh benda menjijikan itu. Dadaku kembali bergemuruh resah. Aku semakin curiga saja dengan anakku. Sepertinya ada yang tengah di sembunyikan oleh Rani.Lututku gemetar. Kemudian aku terduduk di atas tempat tidur Rani yang setiap hari terlihat acak-acakan. Setiap hari memang hanya aku yang selalu merapihkan kamar anak gadisku, tapi sebelum-sebelumnya tak pernah kutemukan benda aneh di situ.Aku mengusap dadaku yang terasa lemah. Pikiranku melayang tak tentu arah. Antara marah dan khawatir berkecamuk di dalam dada. Apa memang Rani telah lancang membawa lawan jenisnya ke dalam kamar? Mengapa aku bisa kecolongan begini."Awas kamu, Rani! Tega sekali kamu mengecewakan, Mamah!" ancamku yang masih saja duduk di atas tempat tidur Rani.Hari ini aku benar-benar tak berselera untuk bekerja. Aku bahkan meminta Mba Parni saja untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mba Parni, wanita berusia empat pulu
Baca selengkapnya
3 Memasang CCTV
Hari ini Rani belum pulang ke sekolah. Sengaja aku memasang CCTV di kamar anakku itu, termasuk di semua sudut rumahku. Aku hanya penasaran dengan lelaki yang merusak masa depan anakku. Selain itu, aku juga membutuhkan bukti agar Rani tak bisa mengelak.Namun, belum sempat tukang pasang CCTV menyelesaikan pekerjaannya, telingaku mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumah.Aku segera melangkah dengan cepat guna memastikan siapa yang datang. Dadaku berdegup resah. Aku sepertinya kenal dengan suara mesin mobilnya.Benar saja tebakanku, suara mobil itu ternyata dari mobil Mas Fery saat aku telah memastikan dari jendela depan rumah. Keresahan kian bertambah. Aku khawatir Rani menumpang dan pulang bersama Mas Fery. Bukan apa-apa, kalau Rani sampai tahu dengan CCTV itu maka rencanaku akan gagal.Aku segera keluar membuka pintu utama yang ku tutup kembali. Aku berdiri di depan rumah dengan menatap ke arah pintu mobil Mas Fery. Namun yang keluar dari sedan hitam itu hanya Mas Fery sendi
Baca selengkapnya
4 Ada Yang Janggal
"Mengapa kamu bertanya soal, Rani? Anak itu sudah dua hari tak pulang. Dia berkata akan menginap di rumah kamu," jelasku pada mantan suamiku yang juga Papah kandung Rani. Aku bicara dengan nada suara datar. Aku tak bisa ramah pada mantanku itu. Apalagi mempersilahkan masuk ke dalam rumah, tentu tak akan mungkin kulakukan.Isi dadaku merasa cemas. Kalau mantanku itu mencari ke sini, lantas Rani ke mana? Bola mataku memutar ke arah kiri dan kanan saat benak ini berpikir."Saya sudah beberapa bulan tak bertemu, Rani. Maka dari itu ingin bertemu dan mencarinya ke sini." Mantan suamiku tampak ketus."Kamu jangan pura-pura, Mia. Jangan halang-halangi saya untuk bertemu, Rani. Dia anak saya dan jangan pernah kamu memberi jarak antara Ayah kandung dan anak!" imbuhnya dengan tegas bernada keras sedikit mengancam.Aku tak lagi terkejut. Mantan suamiku memang arogan. Aku bahkan bisa lebih tegas lagi darinya."Rani tidak ada di rumah. Saya tidak bohong kok. Satu hal yang harus kamu tahu ya, saya
Baca selengkapnya
5 Penyelidikan
Aku tersentak mendengar ucapan Rani. Kali ini bicaranya sudah melampaui batas. Aku menggelengkan kepala. Merasa tak percaya."Kamu berani melawan Mamah, Rani! Kamu tidak sadar, semua yang Mamah lakukan hanya demi kebaikan kamu!" tegasku kepada Rani."Tidak! Yang ada dalam pikiran Mamah hanya mementingkan urusan pribadi saja. Uang jajanku bahkan diatur. Kehidupanku pun seperti di dalam pernjara. Banyak peraturan. Lebih baik aku pergi. Aku cape dengan, Mamah!" Rani tampak menarik menggendong tasnya. Ia akan segera pergi. Namun langkahnya segera aku tahan dengan menarik pergelangan tangannya.Kali ini, Mas Fery hanya diam dan menjadi penonton. Padahal biasanya, dia selalu melerai saat terjadi pertengkaran diantara kami. Dia seperti mendukung kepergian anakku kali ini."Tunggu, Rani!" tahanku. Sebagai seorang Ibu, tentu aku tak akan membiarkan Rani pergi tanpa tujuan."Lepas!" Rani menghempaskan genggaman tanganku."Aku tidak mau lagi tinggal bersama, Mamah. Jangan cari aku karena aku sud
Baca selengkapnya
6 Dibuat Terkejut
Dengan bola mata terbelalak aku dan Siska dibuat terkejut. Saat tubuh Mas Fery dan Rani semakin menghilang dan masuk ke dalam hotel, aku dan Siska bergegas keluar dari mobil. Kami berdua berjalan dengan cepat. Namun, terlambat. Kedua bola mata ini tak bisa lagi mendapati penampakan suami dan anakku."Sial! Cepat sekali langkah mereka!" kesalku. Aku berkacak pinggang dengan wajah menahan emosi. Aliran darahku kian terasa mendidih saja kala setiap sudut pandangan nyaris tak mampu lagi menemukan keberadaan Mas Fery dan Rani."Kita tanya resepsionis," saran Siska.Kemudian aku berjalan mengikuti langkah Siska menuju resepsionis. Kami berdua bertanya mengenai tamu atas nama Fery Haryadi atau pun Rani Adinda Putri.Namun, aku dan Siska tak mendapatkan informasi apa-apa. Peraturan di hotel yang kami datangi sangat menjaga privacy pengunjung. Kami berdua bahkan tak bisa mencari ke setiap sudut kamar yang ada di hotel itu karena petugas pasti akan melarangnya.Langkah ini dengan berat perlahan
Baca selengkapnya
7 Klarifikasi
Mas Fery tampak membulatkan kedua bola matanya. Ia terkejut mendengar ucapanku. Aku tak bisa menunda-nunda lagi pertanyaan ini. Pertanyaan yang sedari kemarin menghujam pikiranku."Bicara apa kamu, Mia! Suami kamu ini baru saja pulang kerja. Tidak bisakah kamu menyodorkan pertanyaan yang enak didengar? Ini malah menuduhku yang tidak-tidak." Mas Fery mengelak lagi. Aku bisa melihat wajahnya yang sedikit gugup. Sebelah alisnya tampak naik. Aku yakin di dalam dadanya ada kecemasan."Aku tidak menuduh, Mas. Aku juga tidak mau berpikir yang buruk tentang kamu. Aku hanya ingin klarifikasi saja dari kamu." Aku segera mengambil ponsel pintarku yang berada di atas nakas. Kuusap layar ponsel lalu menekan galeri photo yang ada di dalamnya.Aku menyodorkan layar ponselku pada Mas Fery. Layar ponsel yang menunjukan gambar mobil Mas Fery yang dibidik Siska kemarin di depan hotel.Bola mata Mas Fery kian terbelalak. Pasti dia merasa terkejut karena tak akan bisa lagi mengelak dengan bukti gambar se
Baca selengkapnya
8 Melanjutkan Penyelidikan
Keesokan harinya saat mentari mulai menyapa pagi, aku sudah sibuk membuat sarapan di dapur. Sementara dengan pekerjaan rumah sudah ada Mba Parni membantu.Ada rasa yang mengganjal di dalam dada karena Rani masih juga tak bisa dihubungi. Memang sedikit lega karena Mas Fery sudah menyewakannya hotel. Namun, suasana pagi jadi terasa berkurang setelah pertengkaranku dengan anak gadisku.Dia anakku satu-satunya, tapi entah kenapa kini telah berubah jadi pembangkang. Apa benar kata Mas Fery kalau aku terlalu keras dalam mendidiknya? Tapi, itu semua aku lakukan semata-mata untuk kebaikan Rani agar disiplin dan bertanggung jawab.Tak lama, Mas Fery keluar dari kamar dan duduk di kursi makan. Isi meja yang sudah siap dengan sajian sarapan dan Mas Fery menyantapnya tanpa basa-basi. Mungkin suamiku itu masih saja marah padaku."Kamu masih marah sama aku?" Aku bertanya pelan. Setidaknya, kalau Mas Fery sedang acuh maka aku yang perlu bicara duluan. Aku tak pernah ragu untuk meminta maaf jika sala
Baca selengkapnya
9 Bagaikan Disayat Sembilu
"Bye! Nanti ketemu lagi ya."Suara Mas Fery terdengar mengakhiri percakapannya dengan seseorang, namun aku sama sekali tak mendengar suara lawan bicaranya.Siska kemudian melihat titik lokasi Mas Fery yang saat ini berada di sekolahan Rani, kemudian berlalu pergi."Mau kemana lagi, Mas Fery?" Aku bertanya-tanya sendiri dengan perasaan yang menggebu di dalam dada."Sudahlah, Mia. Kita selesaikan misi kita sekarang. Kita ikuti kemana mobil suamimu hari ini." Siska kembali fokus dengan setir mobilnya.Sementara aku, hanya bisa mengangguk pasrah. Apa mungkin aku telah mendapat penghianatan yang kedua kalinya dari seorang lelaki?Pasang manik ini kembali berkaca-kaca. Aku berusaha membendung semua kepedihan ini. Masih berharap semoga apa yang aku dengar tadi tak seperti yang aku bayangkan.Aku menyeka tetesan bulir bening yang berhasil jatuh. Tangan ini bahkan terasa bergetar saat menyentuh wajah. Mengapa aku merasa akan melewati masalah yang cukup besar. Ditambah lagi dengan Rani yang sam
Baca selengkapnya
10 Pura-Pura Tidak Tahu
Sayangnya tak ada percakapan apa-apa lagi yang aku dengar dalam alat penyadap itu. Mobil Mas Fery hanya mengantarkan Rani ke depan Mall kemudian ia pergi lagi sendirian.Penyelidikan aku dan Siska hari ini memang tidak gagal, hanya saja aku masih penasaran dengan wanita idaman lain yang Mas Fery miliki saat ini. Aku masih belum punya bukti untuk menegur suamiku. Bukan tidak mungkin, Mas Fery akan kembali mengelak lalu marah saat aku menuduh tanpa bukti.Dengan segera, Siska mengantarkan aku pulang ke rumah karena khawatir Mas Fery akan pulang duluan. Aku tidak mau suamiku curiga saat aku bersama Siska.Namun, yang dikhawatirkan ternyata terjadi. Mas Fery tiba di rumah saat Siska baru saja hendak mengeluarkan mobilnya dari pekarangan rumah.Beruntung aku sudah menaruh tas selempang yang aku bawa ke dalam kamar sehingga Mas Fery tak melihat kalau aku pun baru saja tiba.Siska tampak melebarkan senyuman pada Mas Fery dan suamiku membalasnya. Tanpa menyapa Siska lekas pergi melajukan ken
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status