"Mas!" Aku menatap suamiku dengan tatapan berbinar.
"Iya, Mia. Maafkan saya. Ingatan itu berangsur pulih. Saya sudah mengingat kamu," kata Mas Yusuf dengan yakin. Dia kembali memeluk tubuh ini.
Air mata tak terasa menetes di pipi. Namun, bukan hanya air mata kesedihan. Ini sebagai rasa haru dan bahagia karena aku merasa suamiku telah kembali. Bayanganku yang sempat menghilang dibenaknya kini telah kembali lagi.
Mas Yusuf memelukku dengan erat seraya mengusap bahuku. Aku merasakan suasana hati suamiku yang sepertinya merasa bersalah padaku.
"Tidak usah minta maaf, Mas. Kamu tidak bersalah. Dengan kembalinya ingatanmu, itu sudah cukup membuat hati ini merasa bahagia." Aku yang merasa lega. Rasa keputus asaan yang sempat menghasut jiwa, seketika sirna dengan pulihnya ingatan Mas Yusuf.
Dia melonggarkan pelukan, mengusap air mata kebahagiaan di pipiku, lalu tersenyum menatapku cukup dalam.
Ya, tak salah lagi. Ini adalan tatapan suamiku. Tatapan yang saat pertama kali dia menyatakan perasa