Urin perlahan mulai naik dan terlihatlah garis itu. Satu garis, dan dengan perlahan menjadi dua garis samar. Aku tidak tahu ini artinya apa, karena garis kedua tidak terlalu terlihat.
Aku mencucinya lalu membawanya keluar. Mas Yogi sudah menunggu di depan kamar mandi.
"Gimana?" tanyanya.
Aku menggeleng. Wajah mas Yogi yang awalnya tampak cerah, kini mulai redup.
"Nggak apa-apa, mungkin memang belum rezeki," ujarnya.
Mas Yogi menggandengku lalu mendudukkan aku di ranjang kami.
"Aku nggak tau ini maksudnya apa?"
Aku menyerahkan benda itu pada mas Yogi, mas Yogi mengamatinya dengan seksama.
"Garisnya dua tapi samar, maksudnya gimana? Kamu hamil?"
"Nggak tau," jawabku.
Bagaimana aku bisa tahu, bahkan melihat benda itu saja belum pernah, apalagi menyentuhnya.
"Kita ke rumah sakit aja biar jelas," ujarnya.
Aku setuju, daripada kami hanya menebak.
Aku dan mas Yogi berangkat menuju rumah sakit, Arya berada di rumah bersama ART. Sebenarnya ia ingin ikut, tetapi mas Yogi melarang karena rumah s