TERJERAT CINTA BOS DUDA

TERJERAT CINTA BOS DUDA

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-15
Oleh:  Ai UeoOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
60Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setiap hari berjalan seperti menaiki roller coster saat menghadapi Pak Bos yang gampang tantrum. Ada aja kesalahan yang bikin beliau marah-marah nggak jelas. Tapi anehnya itu cuma sama aku. Ada apa sih sebenarnya sama Pak Bos?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Tantrum

"Lin, pokoknya saya mau nikah!"

Astaga! Kesambet apa Pak Bos ini. Pagi-pagi sudah bikin heboh saja.

"Nikah, ya, nikah aja, Pak," jawabku dengan suara lirih.

Saat ini kami hanya berdua. Aku sedang mengerjakan laporan, sementara beliau mempermainkanku. Bagaimana tidak? Tadi Pak Yogi yang memintaku segera menyelesaikan pekerjaan, tetapi sekarang malah diminta mendengarkan curhatannya. Sungguh terlalu.

"kalau mau nikah,menurut kamu yang harus saya pilih? Wanita muda dan cantik, apa dewasa dan keibuan?" Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Pak Yogi.

Aku tetap fokus pada data di depan mata, meski telingaku tetap saja mendengarkan pada pertanyaan Pak Yogi. Penasaran juga orang yang ditaksir Pak Bos ini.

"Kalau menurut saya, yang harus Bapak pilih, ya, wanita yang bisa diterima sama Arya," jawabku. Akhirnya aku mengangkat wajah demi melihat Pak Yogi yang berdiri di samping mejaku.

Arya adalah anak dari pak Yogi. Jadi, menurutku lebih adil kalau dia yang disuruh memilih. Seorang duda yang punya anak, bukankah sudah seharusnya mengutamakan anaknya?

"Kalau yang dipilih Arya, wanita yang masih muda seusia kamu, kira-kira dia mau nerima nggak?"

Ya, mana aku tahu? Kenal sama wanitanya aja enggak! Semakin aneh saja pertanyaan Pak Yogi ini.

"Ditanyain aja sama orangnya, Pak," jawabku asal. Aku masih sibuk dengan laporan bulanan, kenapa Bos yang satu ini malah sibuk curhat?

"Aku mau tanya sama kamu. Ini kalau menurut kamu, seandainya ada pria yang mapan, tampan, baik hati, tidak sombong dan pengertian, tapi dia duda anak satu, kamu mau nerima nggak?"

"Kok saya, Pak?" Heran, yang disuka siapa kok malah tanya sama aku?

"Kan, seumpama dia itu seumuran sama kamu. Siapa tau kamu bisa ngasih pendapat."

Aku sudah mulai geregetan dengan Pak Bos ini, minta pekerjaan cepet selesai tapi beliau malah merepotkan dengan pertanyaan nggak jelas kayak gini.

"Kalau menurut saya jangan kasih perumpamaan yang baik aja, yang jeleknya juga harus disebutin dong, Pak," ucapku, tangan dan mataku kembali fokus pada pekerjaan yang sudah di buru waktu. "Termasuk sombongnya yang selangit itu," lanjutku membatin.

"Emang apa kekurangan saya?" tanyanya dengan raut datar andalan.

'Sombong amat! Mana ada manusia tanpa cacat, mentang-mentang banyak duit merasa jadi orang paling sempurna,' tapi lagi-lagi itu hanya bisa kuucapkan dalam hati. Mana berani aku bilang begitu, bisa dipecat nanti.

"Ini jawaban saya ya, Pak. Saya pernah pacaran sama yang kaya tapi malah diselingkuhi. Pacaran sama yang miskin malah diporotin. Jadi mending saya pilih yang setia dan bertanggung jawab," jawabku. Karena memang pengalaman dua kali pacaran malah bikin sakit hati, jadi sekarang lebih selektif untuk memilih pasangan.

"Saya setia dan bertanggung jawab," jawabnya dengan percaya diri.

Idih, memangnya siapa yang mau sama Pak Yogi? Kalau aku sih, enggak, ya. Jadi bos aja galaknya minta ampun. Gimana kalau jadi suami?

"Ya jelasin aja sama orangnya." Kalau diterima ya syukur, tapi kalau ditolak ya cari lagi," jawabku. Kapan pertanyaan tidak jelas ini akan berakhir?

"Kalau misal dia itu usianya terpaut jauh, misal kita nih, kan beda lebih dari sepuluh tahun. Kamu tetap mau?"

Kenapa aku lagi? Dasar Bos aneh. Mukanya aja garang. Nembak cewek nggak berani!

"Kalau orangnya masih awet muda kayak Bapak, ya kemungkinan besar mau sih. Masih pantes kalau diajak kondangan."

"Kalau ...."

"Pak, nanti lagi ya. Sekarang saya masih banyak kerjaan, mending Bapak tanya langsung sama orangnya aja deh, biar cepet jelas," potongku mulai jengkel.

Biarlah dipecat, asal dapat pesangon yang banyak. Lagian nih, orang biasanya galak banget, kok sekarang malah curhat gini. Masak orang kayak Pak Yogi punya rasa tidak percaya diri? Kan, nggak mungkin.

Tanpa sepatah kata pun, Pak Yogi keluar dari ruangan. Aku mengelus dada, untung tidak langsung dipecat.

Akhirnya aku bisa menyelesaikan pekerjaan dengan lancar tanpa hambatan, hingga tidak sadar kalau waktu makan siang sudah tiba.

"Nih, makan." Secara tiba-tiba Pak Yogi masuk dan menyerahkan paper bag berisi satu boks makanan, entah apa isinya karena aku belum melihatnya.

"Tumben, Bapak kok baik?"

"Kamu nih, dikasih makan bukannya makasih malah ngeledek. Kalau mau tinggal makan, nggak mau ya buang aja!" ujarnya ketus.

Siapa yang tidak heran, biasanya jahat bener. Tiap mau makan di luar pasti di telepon buat bungkusin, ini kok malah aku yang dibawain, kan aneh?

"Saya makan ya, Pak?" ucapku.

"Hmmm," jawabnya tanpa melihatku.

Aku mulai membuka dengan perlahan, kukeluarkan kotak makan dengan dominasi warna hijau itu. Saat ku buka, tercium aroma gurih yang sangat enak. Gudeg nangka lengkap dengan telur bacem sangat menggugah selera.

"Bapak nggak makan?" tanyaku di sela menyantap makanan lezat ini.

"Disuapin boleh?"

"Nggak lah, makan sendiri, udah gede juga."

"Makan sendiri aja kalau gitu!" Senyumnya yang tadi muncul tiba-tiba memudar, enak aja mau minta suap, emang aku baby sitter apa?

"Bapak lagi patah hati?" tanyaku setelah selesai membereskan bekas makan siang.

"Emang kenapa?"

"Kusut banget. Perasaan tadi pagi masih cerah. Bapak ditolak?" tebakku.

Sungguh, penampilan Pak Yogi hari ini sangat berbeda dengan tadi pagi.

"Ngungkapin aja belum," jawabnya.

"Emang dia kerja di sini juga ya, Pak?" Kerena aku jarang melihat beliau keluar dari resort jika tidak ada kegiatan penting, saat pergi juga seringnya aku ikut.

"Iya."

"Saya kenal, pak?" tanyaku antusias, jadi perempuan yang disukai pak Yogi ada di sini, tapi siapa?

Pak Yogi hanya mengangguk. Sebenarnya masih ingin tahu, tapi takut saat melihat wajahnya yang tidak bersahabat.

"Kamu maunya pacaran dulu apa langsung nikah?"

Pertanyaan aneh dilontarkan Pak Yogi lagi.

" Mau yang langsung ke rumah buat izin sama Mama saya," jawabku. Memang aku sudah tidak berminat untuk pacar-pacaran lagi.

"Kamu jadi pulang hari minggu besok?"

"Jadi, Pak. Saya udah lama nggak pulang. Udah kangen sama Mama dan adek-adek," jawabku dengan senyum mengembang.

"Hari minggu saya ada acara, kamu tolong jagain Arya, saya bayar dua kali lipat."

"Tapi, Pak?" protesku.

"Minggu depan pulang sama saya."

***

Agar ceritanya nyambung, kalian bisa baca cerita 5 Tahun Setelah Bercerai terlebih dahulu ya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Anugrah
seru banget cerita nya... semangat up......
2025-02-13 09:01:49
0
60 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status