“Kamu nggak perlu bingung, Kay. Memperlakukan saya itu gampang. Cukup jadi istri yang baik dan nurut nanti, sudah selesai,” jawab Prabu santai sambil bersedekap.
“Kumat lagi narsisnya,” Kay memutar bola matanya ke atas. “Hmmm, Pak Prabu jangan lupa pada pasal tiga perjanjian kita, kita hanya akan bekerja sama saja, bukan seperti suami istri pada umumnya!” tegasnya mengingatkan.
Prabu terkekeh. Tatapannya berubah lembut saat matanya menatap dalam-dalam ke arah Kay. “Kamu yakin nggak akan jatuh cinta sama saya, Kay? Kamu yakin gak berniat jadi istri sungguhan saya, hmmm?”
Mendengar itu, Kay buru-buru membuang muka. Dia tak pernah sanggup menatap iris biru milik Prabu terlalu lama. Ada sesuatu dalam sorot mata pria itu yang selalu membuatnya merasa kalah.
“Saya ini tampan, mapan dan mempesona, Kay. Orang gak waras saja yang gak jatuh cinta sama saya. Apa kamu tak melihat ketampanan saya yang paripurna ini, Kay?” kekeh Prabu penuh percaya diri.
Kay memejamkan mata sekilas, menenangkan ha