TERJERAT CINTA SANG DUDA

TERJERAT CINTA SANG DUDA

last updateLast Updated : 2025-06-25
By:  Evie YuzumaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
46Chapters
115views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sahabat macam apa yang bisa-bisanya ngerebut calon suami sahabatnya sendiri? Dia bilang katanya, ngarep aku datang dengan muka kusut, sedih dan meraung-raung. Namun sayangnya, dia salah. Aku gak seperti itu, aku justru datang dengan senyum, dan calon suami baru yang membuat semua mata terpaku.________________________________________

View More

Chapter 1

1

[https//VirtualInvitation!/ Happy-Wedding-Marsha-Rey.]

Jemari Kay gemetar saat membuka pesan itu di grup W******p alumni SMA. Tidak ada yang salah dengan linknya, tetapi nama yang tertera di dalamnya yang membuat jantung Kay mendadak berdebar hebat. Reynaldi Prayoga dan Marsha Harsila. Apakah hanya nama mereka saja yang kebetulan sama?

Perlahan jemari Kay mengklik link berwarna biru tersebut. Hatinya masih berharap jika itu adalah Reynaldi yang lain, bukan Rey miliknya. Namun, ketika link terbuka, bertambah hancur dan remuk redam hatinya. Foto-foto itu tak bisa lagi dipungkiri, semakin memperjelas jika Kay dikhianati dua orang terdekatnya. Senyum cerah pada bibir Marsha---sahabat karibnya, merekah indah, di sampingnya Rey merangkul mesra pinggang Marsha. Dia berdiri gagah dengan jas warna hitam.

Hati yang perih membuat Kay mengurungkan niatnya untuk langsung pulang. Apalagi dalam link undangan tersebut, hari pernikahan Rey dan Marsha ternyata akan dilaksanakan tiga hari lagi. Berarti hari ini, di rumah Marsha yang berhadap-hadapan dengan rumahnya, semua sedang bersiap menyambut hari itu tiba. 

“Tega sekali kamu, Cha. Padahal dua minggu lalu, kita masih mengobrol melalui telepon. Pantas saja kamu terkejut ketika mendengar aku akan pulang.” Kay duduk pada taksi yang sudah dipesannya. Dia meminta pengemudi taksi itu melaju ke arah Jakarta Pusat, bukan ke Depok di mana rumahnya berada. Kay ingat, ada seorang teman SMA-nya yang tinggal di sana. Kay segera menghubungi nomornya. Meskipun belum dijawab, Kay tetap mengarahkan taksi ke arah sana.

Ke mana Belinda, sih?” Kay membuang napas kasar. Hingga turun dari taksi, pesan pada Belinda masih centang dua warna hitam. 

Beberapa menit, Kay mematung di tepi jalan raya. Lalu perlahan dia menarik koper menyusuri tepi jalanan yang ramai. Di depannya ada beberapa orang yang berjalan tergesa. Kay perlahan berbaur dengan serombongan pejalan kaki itu, tampaknya mereka mau menyebrang di lampu merah depan. Kay berjalan di tengah terik dengan pikiran yang kosong.

“Cha … kenapa kamu setega ini? Bukankah kamu tahu … Rey dan aku telah ….” Tenggorokkan Kay tercekat. Tiba-tiba bayangan tujuh tahun lalu, saat malam naas itu terjadi, perlahan terputar kembali. 

**** 

Tujuh tahun lalu

“Kak, Rey? Kenapa aku ada di sini?” Kay terperanjat dan melirik ke kanan kiri. Ini bukan kamarnya, tetapi kamar Rey. 

“Ada apa, Kay?” Suara berat Rey membuatnya tersentak. Apalagi sepasang netra Kay melihat pakaian yang teronggok tak jauh dari tempat mereka berbaring. 

“Kak Rey, kenapa b—bisa begini?” Kay mulai menangis sesenggukkan. Meskipun dia dan Rey sudah bertunangan satu bulan lalu, tepat ketika pengumuman beasiswa kedokteran Edinburgh Global Undergraduate Scholarship di University Of Edinburg, Skotlandia itu diterimanya. Rey meminta mereka meresmikan hubungan yang sudah terjalin sejak SMA itu sebelum kepergian Kay ke sana. Sore tadi, Rey mengajaknya untuk makan malam bersama sebagai tanda perpisahan. Kay tak menyangka tiba-tiba dia harus terbangun dengan keadaan seperti sekarang. 

Rey terlihat tak merasa bersalah. Dia menenangkan Kay dan memeluknya. 

“Aku hanya ingin kau tak berbuat macam-macam di sana, Kay. Kamu hanya milikku seorang.” Rey berbisik sambil memeluk erat tubuh Kay, seolah benar-benar takut kehilangan.

**** 

“Awaaaassss!!!!” Suara teriakkan beberapa orang membuat Kay terperanjat. Dia terkejut, ternyata dia sudah berada di tengah-tengah jalan, hanya saja belum genap kesadarannya datang, suara mobil yang menabrak pembatas jalan terdengar. 

Beruntung jalanan ramai lancar dan mobil lainnya masih sempat menginjak rem dengan aman. Hanya mobil naas itu yang melaju dengan tak terkendali. Kay bengong menatap hal itu dan tak berkata apa-apa, lutut dan semua persendiannya terasa lemas. Beberapa orang memburu Kay dan membawanya ke tepi. Sebagian lainnya memburu pengemudi mobil yang sepertinya tak sadarkan diri. Beruntung bagi Kay, pengemudi mobil itu membanting stir tepat waktu. Jika tidak, mungkin kini dirinya hanya tinggal nama.

Polisi datang. Kay masih melongo sambil menatap pria dari dalam mobil itu dievakuasi ke ambulance. Kay masih terpegun ketika mobil yang ringsek bagian kanannya itu dibawa tim kepolisian. Kay masih mematung, sampai seorang polisi menghampirinya dan memintanya ikut ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Pada saat itulah dia tahu jika lelaki yang mengalami luka berat itu bernama Prabu, berusia empat puluh tahun, terpaut lima belas tahun dari Kay yang kini baru berusia dua puluh lima tahun. Dia sudah ditangani di sebuah rumah sakit sekarang. Kay sempat meminta alamat rumah sakitnya. Rasa bersalah menggelayuti hatinya kian hebat.

Kini di sebuah lorong rumah sakit Kay berada. Kay berdiri mematung menatap nomor ruangan. Sebuah ruangan VVIP yang semakin mempertegas jika Prabu---orang yang hampir menabraknya bukan orang biasa.

Kay menelan saliva. Dia menyeret koper miliknya perlahan. Lalu, jemarinya yang gemetar mendorong daun pintu. Tampak di dalam ruangan seorang lelaki terbaring di atas ranjang rawat dengan kaki dan tangan di perban. 

“S—Selamat sore, P—Pak!” Kay memberanikan menyapa, meski suaranya tercekat, hampir tak terdengar. 

Lelaki itu menoleh dan menatap penuh tanya ke arah Kay. Kay seolah mengerti arti tatapan itu. Dia pun memperkenalkan diri.

“S—Saya Kay, orang yang tadi menyebrang i—itu. S—Saya ….” Kay tak bisa melanjutkan kalimatnya. Tatapan mata Prabu membuatnya benar-benar merasa terintimidasi. 

“Perempuan memang selalu membuat masalah! Mau apa kamu?!” Suara ketus dan dingin itu terdengar. 

Kay mendekat. Dia kini berdiri di samping ranjang rawat Prabu.

“S—Saya … saya m—mau m—minta maaf.” Kay menunduk dan meminta maaf dengan penuh rasa bersalah. Lidahnya yang kelu, akhirnya bisa menyelesaikan kalimat itu dengan susah payah. 

Lelaki itu tersenyum miring, sepasang netranya menyipit memindai wajah Kay.

“Kamu pikir, semua bisa selesai hanya dengan minta maaf, hah?!” Sorot mata beriris biru itu menatap tajam ke arah Kay, membuat detikan berjalan terasa sangat lambat sekarang.

“S—saya akan melakukan apapun agar Bapak bisa m—memaafkan saya.” Satu kalimat akhirnya lolos lagi. Satu kalimat yang mungkin, akhirnya akan Kay sesali. Kalimat itulah yang menyeretnya pada problematika baru dalam kehidupan Prabu.

“Oh, ya? Apapun?” Lelaki itu tersenyum miring sambil menilai Kay yang berdiri dengan perasaan kacau. 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
46 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status