“Iya, hmmm … belanjaan kami sudah lengkap Mbak Mir, pamit duluan, ya!”
Lilis tersenyum yang terkesan dipaksakan. Lalu dia menarik lengan Kay dan berpamitan pada ibunda Rey. Perempuan itu tergesa meninggalkan supermarket.
Sepulang dari supermarket. Lilis langsung melarang Kay untuk ikut lagi ke mana-mana. Dia tak mau Kay bertemu dengan orang-orang yang sudah menyakitinya.
“Kamu diem di rumah saja, Kay. Biar ibu saja yang pergi.” Lilis berpesan pada Kay. Dia sendiri masih harus ke beberapa tempat lagi.
Kay menurut, dari pada berdebat panjang. Dia memilih menghabiskan waktu membantu persiapan di rumah bersama Rini dan Guntur, juga beberapa tetangga yang rewang. Mereka sibuk membuat kue-kue basah untuk suguhan. Wangi daun pandan dan gula tercium begitu menggoda.
“Memang, menyesal itu datangnya belakangan … coba dulu aku dengerin Ibu untuk gak pacaran sama Kak Rey,” batin Kay sambil mengupas bawang merah yang akan disiapkan untuk bumbu sop nantinya. Pikirannya tak henti berkelana.
Ah,