Setelah perdebatan kecilnya dengan Prabu pagi ini. Kay memilih lebih banyak diam dan tak banyak bicara. Tawaran Prabu baginya, terlalu tak masuk akal. Kay khawatir dia hanya dijadikan batu lompatan, bagaimana kalau habis manis sepah dibuang?
Apalagi Prabu sudah duda dan tentu banyak pengalaman. Kekayaannya juga bukan main-main dan sejak kemarin Kay mendengar Prabu sibuk minta dicarikan perempuan. Secara logika, tak mungkin Prabu yang meminta spek tinggi itu, tiba-tiba memilihnya yang Prabu bilang hanya lulusan SMA. Kay tak tahu kalau Prabu sudah mengetahui siapa sebetulnya dirinya.
Dia duduk di teras belakang ketika panggilan masuk dari sang ayah dia terima.
“Minggu depan, kamu jadi pulang ‘kan, Kay?”
“Sepertinya aku gak jadi pulang, Yah.”
Kay berbohong, dia tak mengatakan kalau sudah pulang lebih awal untuk memberi kejutan. Biarkan saja semua mengira dirinya masih berada di Edinburgh sekarang. Itulah awalnya rencana Kay.
“Loh, kenapa? Bukannya kamu bilang sudah beli tiket?”
“Gak