Huek!
Huek!
“Kau, mau aku panggilkan dokter?” tanya Zayver yang masih berdiri di samping Arsana.
“Tidak perlu, aku baik-baik saja! Lebih baik, kamu pergilah bekerja.”
“Ck! Kau memang keras kepala,” ucap Zayver memilih pergi ke kamarnya tanpa memperdulikan Arsana.
Arsana terdiam, mendadak rasa mualnya menghilang saat Zayver pergi.
“Sepertinya, aku alergi dengan pria itu!” Arsana bergumam sambil berjalan keluar dari kamar mandi.
Matanya membulat, menatap tanggal yang ada di ponselnya.
“Tidak mungkin! Aku-”
Dengan wajah menunduk Arsana menatap ke arah perutnya yang masih rata, wajahnya terlihat cemas.
****
Arsana terlihat murung saat menatap makanannya dengan tatapan kosong, seolah-olah pikirannya sedang melayang ke tempat yang jauh.
Arsana terus menatap makanannya tanpa sepatah kata pun. Ekspresinya begitu suram, seakan-akan memperlihatkan beban pikiran yang terlalu berat baginya untuk diungkapkan. Suasana hening tercipta di sekitarnya, hanya suara sendok yang berada di tangan