Dipaksa menikah oleh Ayahnya dengan pria tak dikenal. Ditetapkan sebagai agen rahasia oleh atasannya untuk menjalankan misi dengan mengumpulkan data informasi penting. Akankah gadis itu berhasil menjalankan misinya? Atau justru gagal karena harus menghadapi pria temperamental buruk dan selalu ingin di puaskan setiap malamnya.
Lihat lebih banyakSuasana di dalam ruangan itu terasa berbeda dengan pandangan mata mereka yang saling bertautan.Arsana hanya bisa menatap Zayver tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah Zayver mengungkapkan hal tersebut.Tarikan di tengkuk lehernya membuat Arsana tertarik ke arah Zayver, dan pada saat itu, ciuman lembut menyentuh bibirnya dengan penuh kehati-hatian.Arsana terpaku dalam ciuman yang begitu berbeda dari biasanya. Biasanya Zayver menciumnya dengan kasar dan merengkuhnya dengan erat. Namun kali ini, Zayver melakukannya dengan penuh perasaan dan kehati-hatian, seolah-olah ingin menjaga Arsana dari rasa sakit.Zayver memperlakukan wanita yang bernama Arsa dengan begitu baik, namun perlakuan lembut itu tidak akan terjadi ketika wanita itu melepas topengnya.Arsana yang sejak tadi diam tanpa merespons ciuman, kini merasakan sentuhan lembut di punggungnya.Suasana di dalam ruangan makin memanas saat Arsana membalas ciuman Zayver dengan makin intens.Zayver mulai menjelajahi leher jenjang Ar
Arsana berdiri tepat di samping Zayver yang saat ini meletakkan kedua kakinya di atas meja.Zayver menoleh ke arah Arsana yang berdiri dengan detak jantung yang sangat cepat. Pikirannya terus bertanya-tanya apakah dia telah ketahuan.Zayver berdiri di hadapan Arsana yang sedikit menundukkan kepalanya."Apa kamu tahu berapa harga minuman itu?" tanya Zayver dengan nada yang sangat lembut.Arsana terkejut mendengar suara Zayver yang sangat berbeda. Biasanya Zayver akan bicara dengan suara yang terdengar keras padanya, tetapi kali ini sangat berbeda. Bahkan suara yang keluar dari mulut Zayver saat ini membuat Arsana merasa takut. Namun, Arsana mencoba tetap tenang.Arsana menggelengkan kepala, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan tetap menundukkan kepala sampai Zayver mengangkat dagunya. Mata mereka saling menatap dengan tangan Zayver yang mulai meraba bibir tipis Arsana yang terlihat menggoda."mengapa wajahmu berkeringat? Apakah AC di sini kurang dingin?" Zayver mengelus pelipis Arsa
Arsana memasuki ruangan VIP, di mana di dalamnya begitu mewah dengan keindahan lampu yang menghiasi ruangan tersebut. Bahkan di dalam ruangan karaoke terdapat layar yang besar dan meja biliar beserta tiang khusus penari striptis di sudut ruangan.Para wanita berjajar dengan rapi, berdiri di hadapan para lelaki hidung belang yang akan memilih mereka.Ini bukan yang pertama kalinya Arsana melakukan tugas di klub malam. Namun, baru kali ini dia cukup gelisah.Arsana takut bertemu Zayver di klubnya, walaupun itu tidak akan mungkin terjadi karena dia menggunakan topeng untuk menutupi setengah wajahnya.Tetapi untuk apa merasa takut?Bukankah ini bagus baginya, agar Zayver tidak menyukainya dan menceraikannya dengan cepat tanpa harus membayar Zayver dengan harga yang sangat mahal hanya karena meminta cerai darinya.Arsana melihat ke arah lima orang yang sudah Arsana tandai wajah-wajah mereka sebagai target dalam misinya.Mereka menatap setiap lekukan tubuh Arsana dari ujung rambut sampai uj
Sebuah ciuman yang tiba-tiba mendarat di bibir Zayver, membuat Arsana terkejut dengan ulahnya sendiri, sampai menutupi bibirnya yang mencium Zayver sekilas. Arsana melirik ke arah Zayver, yang matanya masih tertutup rapat. Napasnya terhenti sejenak, merasa lega bahwa dia berhasil mencuri ciuman tanpa Zayver sadar.Arsana, dengan rasa penyesalan yang mendalam, bergumam pelan. Dia merasa bodoh karena apa yang baru saja dia lakukan. Dia membalikkan badannya, membelakangi Zayver, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi.Namun, dibalik mata yang terpejam, Zayver tersenyum tipis. Dia mendengar gumaman Arsana yang tidak jelas, dan dia tahu bahwa Arsana sedang menyesali perbuatannya. Senyumnya makin lebar, mengetahui apa yang baru saja terjadi.****Pagi yang cerah, sinar matahari menerobos masuk ke dalam ruangan rumah sakit tempat Arsana masih terlelap dalam tidurnya. Tak lama kemudian, Arsana terjaga, mengusap sebelah matanya yang masih berair, dan menoleh ke sisi tempat tidur yang k
Arsana melihat sekeliling kamar dengan kebingungan. Ternyata, dia berada di kamar yang bukan miliknya. Zayver ternyata membawanya ke kamarnya sendiri."Zayver, mengapa kamu membawa aku ke sini?" tanya Arsana dengan suara terkejut.Arsana merasa kebingungan. Biasanya Zayver tidak pernah membawa dia ke kamarnya. Apa yang sedang terjadi dengannya?"Kita harus melakukan apa yang seharusnya dilakukan sepasang suami–istri." jawab Zayver."Apa kamu sudah tidak waras? Kita hampir setiap hari melakukannya, ini sangat merugikan," keluh Arsana dengan nada kesal.Zayver menatap Arsana dengan tajam dan berkata, "Apa maksudmu? Jadi, kamu ingin aku membayar untuk itu?” Arsana terdiam sejenak, terkejut dengan pernyataan Zayver. Dia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. "Ya, kamu harus membayar aku mulai sekarang! Aku tidak ingin dirugikan. lagi pula, utang Wijaya kepadamu seharusnya sudah lunas sejak kamu merenggutnya pada malam pertama.” tegas Arsana, menatap Zayver dengan tatapan seakan ti
Senyum licik Zayver muncul di wajahnya saat melihat Arsana terdiam, sebelum dia mencuri sebuah kecupan ringan di leher Arsana."Aku akan mengajarimu cara mengedit gambar yang benar," ujarnya dengan suara rendah yang penuh janji.Arsana merasa lega, dalam hatinya bahwa Zayver tidak sempat melihat tampilan layar sebelumnya.Dia mulai memusatkan perhatiannya pada layar monitor, menyerap setiap kata dan gerakan saat Zayver menunjukkan cara mengedit gambar dengan benar.Energi antara mereka berdua berdenyut, mirip dengan sepasang kekasih yang tenggelam dalam cinta satu sama lain.Zayver tampak sangat menikmati saat mengajari Arsana, menjelaskan dengan serius bagaimana membuat gambar menjadi lebih menarik."Sekarang giliranmu," Zayver memberi instruksi, memberikan kesempatan kepada Arsana untuk menerapkan apa yang baru saja diajarkan.Arsana meraih mouse dengan ragu, tangan gemetar sedikit sebelum dia sempat menggerakkannya. Dia berhenti, memutuskan untuk berbicara."Zayver, mungkin sebaikn
Zayver kembali mencengkram erat leher Arsana, kali ini Zayver benar-benar menggunakan sedikit kekuatannya. Mata Arsana membulat, di saat tenggorokan nya mulai terasa sesak. Dengan mata nyalang, Zayver menatap Arsana, wajahnya merah padam menahan amarah. Arsana berusaha mendorong tangan Zayver di lehernya. Mata Arsana mulai berair, tanpa berniat untuk melawan Zayver. Arsana bisa saja menendang kakinya, agar tangan Zayver di lehernya bisa terlepas. Namun, Arsana sama sekali tidak melakukan perlawanan terhadap Zayver. Arsana terlihat seperti gadis lemah tak berdaya di hadapan Zayver. “Z-Zayver…. Lepas!” Zayver masih saja mencekik leher Arsana, sampai di detik-detik terakhir Zayver melepaskannya dengan kasar. Arsana menghirup nafasnya dalam-dalam, sampai terbatuk-batuk. Belum juga selesai Arsana mengatur pernapasannya Zayver kembali menjambak rambut Arsana dan memberikan tamparan keras padanya. Di saat Zayver sedang melepaskan kancing bajunya, Arsana mencoba bicara. “Zayver, b
Arsana menautkan keningnya, dia merasa tidak asing dengan pakaian orang yang menolongnya. Arsana tiba-tiba teringat dengan orang yang sempat ditabraknya saat menuju toilet.Ya, lelaki itu yang menolongnya saat ini.Arsana memperhatikan setiap pukulan yang dilayangkan lelaki itu pada ketiga berandalan yang terus menyerangnya. Arsana ingin membantunya. Namun, dia tidak ingin menunjukkan keahliannya di depan orang tak dikenalnya. Sehingga Arsana memilih diam, sampai sebuah tarikan di tangannya membuat Arsana terseret masuk ke dalam mobil."Hei, mengapa kau membawaku masuk ke sini?" tanya Arsana."Aku sudah lelah melawan mereka, jadi lebih baik kita pergi saja!" ucap lelaki yang menarik Arsana masuk ke dalam mobil mewah.Dengan tergesa-gesa, dia menjalankan mobilnya.Hening, tidak ada pembicaraan di antara mereka, untuk sesaat setelah mereka berhasil bebas dari para berandalan. Sebelum akhirnya, Arsana mulai bicara."Terima kasih, sudah menolongku."Arsana menoleh pada orang yang telah me
Zayver terlihat risi dengan kehadiran Arsina. Dia mencoba menjaga jarak, tetapi sayangnya wanita itu seperti lintah yang tiba-tiba menempel pada Zayver. Zayver bisa saja melarangnya untuk menjauh, tetapi entah apa yang ada di dalam benak Zayver saat ini malah membiarkan Arsina makin mendekat padanya.Sudah cukup lama, Zayver belum melihat Arsana kembali dari toilet. Bahkan Zayver sudah muak dengan kehadiran Arsina. Tanpa berkata apa pun, Zayver tiba-tiba bangkit dari sofa.“Zayver, kamu mau ke mana?” Arsina meraih tangan Zayver tiba-tiba. “Eh! maaf, aku tidak sengaja.” Arsina segera melepaskan tangan Zayver, setelah mendapatkan tatapan tajam darinya. “Aku harus menemui istriku!” Setelah berkata seperti itu pada Arsina, Zayver langsung pergi mencari Arsana. Arsina mengepalkan tangannya dengan begitu erat. Saat hendak pergi matanya tak sengaja melihat Zahra dan Leana yang melihat ke arahnya, seperti orang yang sedang mengejek. Hal itu makin membuat Arsina geram, dengan cepat per
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.