Zayver menembak kaki masing-masing pengawalnya yang ceroboh. Ruangan dipenuhi jeritan kesakitan, tetapi Zayver tidak peduli. Matanya bersinar dengan kebencian.
"Kalian tidak becus menjaga Arsana!" teriaknya, suaranya bergetar oleh kemarahan. "Temukan dia, atau kalian akan merasakan akibat yang lebih buruk lagi!"
Para pengawal hanya bisa mengangguk dengan kesakitan, berjanji dalam hati untuk menemukan Arsana secepat mungkin. Namun, di balik janji mereka, ketakutan dan kegelisahan terus mengintai, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Arsana.
Zayver menatap para pengawalnya yang tergeletak di lantai dengan ekspresi dingin. Mengabaikan jeritan kesakitan mereka, dia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. Dia menekan beberapa tombol dan menelepon asistennya.
"Cari Arsana melalui setiap CCTV yang ada di jalanan. Gunakan semua sumber daya yang kita miliki. Aku ingin laporan secepatnya," kata Zayver dengan nada tegas.
"Siap, Tuan!" jawab asistennya singkat sebelum sambungan telepo