Sepanjang malam, kapal terayun lembut namun konsisten oleh gelombang laut yang tak pernah benar-benar tidur. Bunyi suara air yang membentur lambung kapal, serta tiupan angin yang menyelinap lewat celah-celah jendela menjadi latar alami malam mereka.
Saat Hazel membuka mata, sinar matahari samar mulai menembus masuk dari jendela, membias di antara percikan air yang menempel di kaca. Ia menggeliat pelan, selimut melorot dari bahunya, memperlihatkan bahu telanjang yang masih hangat oleh sisa pelukan semalam.
Di seberang ruangan, Xavier tengah membungkuk mengenakan bajunya yang semalam tergeletak begitu saja di lantai. Bahunya lebar, rambutnya masih sedikit berantakan, namun gerakannya tenang dan teratur seperti biasa.
"Apa kita sudah sampai?" suara Hazel serak, berat karena baru terbangun, tapi cukup untuk membuat Xavier menoleh.
Ia melemparkan pandangan ke jendela bundar di dinding kabin. “Belum. Tapi sebentar lagi. Aku akan memberitahumu saat kita hampir sampai.”
Tanpa menunggu jawaban,