Sehari saja. Satu hari penuh tanpa ancaman, tanpa tekanan. Tapi tampaknya permintaan sederhana itu terlalu sulit untuk dipenuhi.
Hazel memejamkan mata sejenak, membiarkan hangatnya matahari menyentuh wajahnya. Ia duduk di bangku taman villa, dikelilingi hamparan hijau yang tenang. Namun, pikirannya sama sekali tidak selaras dengan ketenangan itu. Alih-alih damai, dadanya terasa sesak, pikirannya kusut seperti benang yang digulung paksa.
Baru saja ia hendak menikmati pagi cerah tanpa darah dan pelarian, bayang-bayang dari masa lalu kembali menghantuinya. Perjanjian dengan Tyler.
Perjanjian bodoh yang tak pernah ditulis, tak pernah disahkan, tapi dampaknya menjerat kuat seperti rantai besi di lehernya.
Hazel menghela nafas berat untuk yang entah keberapa kali, menyandarkan punggung dan membiarkan angin menggoyang helai-helai rambutnya.
“Seharusnya aku bisa lepas… tak ada tanda tangan, tak ada kontrak, tak ada harga yang kubayar untuk kerja sama itu. Harusnya… bisa kuputus kapan saja.”
Ta