Jean berlari menuruni jalan setapak yang curam, hampir tersandung bebatuan yang licin. Napasnya terengah, tubuhnya penuh luka akibat pertarungannya dengan Dikta, tapi ia tidak peduli. Satu-satunya yang ada di pikirannya hanyalah Nilam.
Ombak menghantam keras ke tepian, seolah menertawakan keputusasaan Jean. Tanpa ragu, ia melepas sepatu dan segera menerjang lautan.
"Nilaaam!" suaranya serak, nyaris tak terdengar di tengah gemuruh ombak.
Ia menyelam berulang kali, mencari sosok kekasihnya yang terseret arus. Dingin mulai menusuk tubuhnya, rasa lelah menjalar, tapi ia terus berusaha. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan.
Jean terus berenang, menerjang ombak yang semakin ganas. Dadanya sesak, napasnya putus-putus, tapi ia tidak peduli.
“Nilaaaaam!!!” suaranya menggema di tengah gemuruh laut. Tapi tak ada jawaban.
Air laut asin mengaburkan penglihatannya, tubuhnya mulai kehilangan tenaga, tapi ia terus menyelam. Berulang kali. Tangannya meraba dalam kegelapan, berh