Chapter: [S2] Dikta VS Nilam"Om jahat! Om kejam! Qila bakal aduin Om ke Pa—" Dug! Dikta membenturkan kepala Qila ke kaca mobil. Cukup keras hingga darah merembes keluar dari kepala bocah malang tersebut. Qila pingsan. Namun bukannya panik, Dikta malah Sibuk mengatur nafasnya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Ia mendekatkan jari telunjuknya ke lubang hidung Qila. Memastikan apakah anak itu masih bernafas atau tidak. Dia sedikit lega saat tau jika bocah itu masih hidup walaupun nafasnya terdengar pelan. "Paling gak, dia diem sampai aku tiba di lokasi." Setelah berkata begitu, Dikta kembali bersiap untuk melanjukan kendaraannya. Tapi baru saja ia menghidupkan mobilnya, tiba-tiba kendaraannya di tabrak dari belakang hingga mobil itu maju beberapa meter ke depan. Dikta meninju pahanya sendiri dengan geram. Ia turun dari mobilnya untuk mengecek siapa pelaku yang berani menabraknya. "Oi brengsek! Turun kamu!" titahnya dengan nada marah-marah. Dia siap melampiaskan segala emosinya, pada siapapun yan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-15
Chapter: [S2] Mau Ikut Om Tidak?"Qila? Gimana?" "Ya deh, Om. Qila pulang bareng Om Dikta aja. Lagian Mama juga lama banget. Qila sampek pegel nungguinnya." Dikta menyeringai puas. Akhirnya dia berhasil membujuk Qila untuk pulang bersama dengan dirinya. "Ya udah, ayo masuk sini!" Begitu pintu mobil di buka, tanpa banyak basa-basi, Qila pun langsung masuk ke dalam sana. Ia duduk di sebelah Dikta tanpa melupakan sabuk pengaman. "Kamu jangan takut sama Om." *** "Ck!" Nilam berdecak kesal. Sudah tidak terhitung berapa kali ia memukul roda kemudi siang ini. Bagaimana tidak jengkel kalau disaat genting begini, dia malah harus terjebak macet. "Aku harus ngebut nih. Takut Qila nunggu lama." Itulah yang Nilam katakan sambil memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Padahal dia sudah jemput Qila lebih awal, tapi bisa-bisanya dia malah terjebak macet seperti barusan. "Moga aja Qila gak marah gara-gara aku kelamaan." Perempuan 23 tahun itu mengendarai mobilnya dengan sedikit ngebut. Dia khawatir Qil
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-14
Chapter: [S2] Firasat?"Ada apa, Sayang?" tanya Nilam pelan. Ia bisa merasakan pelukan suaminya sedikit lebih lama, sedikit lebih berat. Jean terdiam sejenak, tampak menimbang kata-kata yang tepat. “Gak tahu. Aku ngerasa aneh aja.” “Kenapa?” Nilam sedikit menjauh, menatap wajah Jean. “Kamu mimpi buruk tadi malam?” “Enggak juga. Cuma… aku ngerasa gak enak ninggalin kamu hari ini.” Nilam tertawa kecil. “Aku kan cuma jemput Qila. Lagian sekolahnya deket banget dari sini.” “Aku tahu, tapi tetep aja. Kamu tadi manja banget. Gak biasanya kamu nempel kayak gitu.” Nilam mengangkat bahu. “Lagi pengen aja. Mungkin efek hormon lagi naik-turun. Hehe.” Jean menatap istrinya dalam-dalam. Ia mencoba tersenyum, tapi ada bayangan khawatir di matanya. “Kamu yakin gak apa-apa, Sayang?” Nilam mengangguk. “Yakin dong. Jangan lebay kayak waktu anter Qila tadi pagi. Cukup satu perempuan yang kamu proteksi kayak bunker. Gak usah dua-duanya.” Jean terkekeh lemah, lalu memeluk Nilam sekali lagi. Kali ini lebih lembut, seper
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-14
Chapter: [S2] Nanti Mama Yang Jemput"Qila, nanti Mama Nilam yang jemput kamu pulang sekolah ya. Nanti kamu gak boleh ke mana-mana sebelum Mama Nilam dateng."Qila hampir lupa, sudah berapa kali Papanya berpesan seperti itu padanya. Dari mulai di rumah Bu Mala sampai di perjalanan menuju sekolah, Jean gak berhenti memperingatkan putrinya."Iya Pa. Qila tau kok." Qila mendesah panjang. "Papa udah bilang gitu puluhan kali."Nilam yang duduk di sebelah Jean langsung terkekeh. "Bener sayang. Kamu ngomong gitu udah hampir 10 kali dalam satu jam."Jean mendesah panjang. "Namanya juga khawatir.""Ya gak usah lebay gitu dong, Sayang. Kan Qila juga udah paham, ya kan Qila?"Bocah 10 tahun itu mengangguk. "Hem."Haaa... Jean hanya bisa menghela nafas panjang. Dia gak bisa berkutik kalau sudah menyangkut dua wanita ini."Ya udah, hati-hati ya di sekolah. Jangan nakal! Terus nurut apa kata Bu Guru!" pesan Jean sebelum membuka kunci mobilnya.Qila mengangguk. "Siap Papa."Setelah pamit, barulah Qila turun dari mobil. Begitu yakin jik
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-13
Chapter: [S2] Edisi Malam JumatDikta menepikan mobilnya di pinggir jalan. Sekarang adalah waktunya untuk menjemput cucu Pak Darma. Dia turun dari mobil dan mulai menyalakan rokoknya. Salah satu obat mujarab di untuk memghilangkan segala penat di kepalanya.Di saat sedang asik melamun, tiba-tiba saja pandangan matanya tertuju ke satu arah. "I- itu kan Qila?" Dikta sedikit menyipitkan kelopak matanya ketika melihat kerumunan anak-anak yang baru saja keluar dari gedung sekolah mereka. Dan salah satu yang menarik perhatiannya adalah Qila, anak kandung Elisha."Dia kenapa bisa ada di sini? Tempat ini kan cukup jauh dari rumah?" tanyanya dalam hati. Rasa penasaran perlahan menguasai benaknya. Sampai ia teringat dengan perkataan cucu Pak Darma soal program pertukaran pelajar."Apa jangan-jangan siswi yang sering diceritakan cucu Pak Darma itu, si Qila?" Dia masih berdiri di sana dan memperhatikan Qila dengan seksama."Aku penasaran siapa yang bakal datang buat jemput anak itu," gumamnya.Sekitar lima menit kemudian, seora
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-12
Chapter: [S2] Pusing SedikitJean masih menggenggam tangan Nilam ketika ia berkata pelan, “Tunggu, Sayang… aku mau bicara sebentar.”Nilam menoleh dengan alis sedikit terangkat. “Bicara apa?”Wajah Jean terlihat ragu sejenak. Tapi kemudian ia menoleh ke arah Bu Mala, seolah meminta izin secara halus.Bu Mala, yang mengerti isyarat itu, tersenyum kecil. “Mama ke dapur duluan ya. Sawi-sawi itu gak bisa panen sendiri,” katanya ringan sambil melangkah pergi, meninggalkan mereka berdua di ruang makan yang kini terasa lebih hening.Nilam menatap suaminya, masih dengan ekspresi bingung. “Ada apa sih?”Jean menarik napas. “Aku mau bicara ke kamu, kalau kita kayaknya harus nginap di sini dua atau tiga hari lagi?”Mata Nilam membulat sedikit. “Hah? Emangnya kenapa?”“Bukan apa-apa,” jawab Jean cepat. “Kebetulan aku ada meeting sama klien di Bandung lusa. Daripada kita bolak-balik dari rumah, mending sekalian di sini aja dulu.”Nilam terdiam sebentar, mencoba menelaah. “Emangnya klien yang mana?”“Yang proyek properti di Le
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-11
Chapter: Bab 140“Eh, kalian berdua di sini?” katanya sambil melirik ke arah Galen. Nayya menoleh. "Dia kan..." Perempuan itu coba mengingat. Dan yang ia tau Rico adalah teman Galen yang banyak membantu saat proses hukum Liam dan Cintya dulu. “Aku Rico. Masa lupa sih?” jawab Rico sambil terkekeh jahil. "Bukan... maksudku..." "Rico itu adik Galen, Nayya. Mereka berdua anak kami," sahut Papa Galen diiringi senyuman yang sama tulusnya dengan sebelumnya. Nayya menatap Galen tak percaya. “Tunggu dulu... Jadi—" Galen mengangguk pelan. “Iya. Sebenarnya aku bukan bodyguard biasa. Aku calon CEO perusahaan milik Papa. Tapi sekarang… aku masih belajar gantiin Papa. Karena aku pengen punya kendali. Termasuk kendali atas masa depanku sendiri.” Nayya menatapnya lama. “Kamu beneran luar biasa… dan menyebalkan, karena nyembunyiin semua ini,” ujarnya pelan, setengah gemas. Galen tertawa. “Ya maaf. Aku cuma pengen kamu suka aku karena aku… bukan karena latar belakangku.” Ibunya Galen menimpali, “Dan kami senan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-02
Chapter: Bab 139Galen menatap langit-langit sesaat, menahan gelombang emosi yang sempat muncul di balik matanya yang biasanya tenang. Tapi bukan rasa sesak yang muncul. Hanya damai. Karena akhirnya, semua yang ia simpan sendiri selama bertahun-tahun… sudah terucap."Aku nggak apa-apa, Nay," katanya dengan suara rendah. Tangannya masih mengusap lembut punggung Nayya yang terisak di pelukannya. "Kalau harus milih buat bahagia tapi tanpa kamu, atau sakit asal bisa tetap di dekat kamu… aku selalu pilih yang kedua."Nayya menggigit bibir, air matanya terus jatuh meski sudah ia coba tahan. Ia menatap Galen, seolah ingin melihat sesuatu yang bisa menenangkan hati yang kini penuh sesal. Tapi yang ia temukan justru senyuman kecil di wajah lelaki itu. Senyum yang penuh ketulusan."Aku jahat banget, Galen," isaknya pelan. "Aku bahkan gak bisa ingat sedikit pun tentang kamu. Tentang kita. Padahal kamu terus ada. Kamu lindungin aku… kamu temani aku, bahkan pas aku jatuh cinta sama orang lain—"Galen memotongnya l
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-02
Chapter: Bab 138Musim semi menyapu kota dengan lembut, membawa aroma bunga segar dan angin yang tak lagi terasa sesak. Di lantai tujuh sebuah apartemen di pusat kota, Nayya duduk di depan laptop, menyelesaikan desain terakhir untuk klien dari Singapura.Tangannya lincah, matanya fokus, dan ekspresinya tenang. Wajahnya kini jauh berbeda—lebih cerah, lebih ringan, seolah luka-luka lama akhirnya benar-benar tertinggal di masa lalu.Sejak vonis dijatuhkan, hidup Nayya perlahan berubah. Bukan dalam sekejap, bukan tanpa jatuh bangun, tapi hari-hari sulit itu kini hanya jadi bagian dari cerita masa lalu yang tak lagi menyakitkan untuk dikenang.Apartemennya tak besar, tapi nyaman dan hangat. Dan yang paling penting, ia memilihnya sendiri—tepat di samping unit milik seseorang yang diam-diam selalu ada di radius hidupnya: Galen.Sebenarnya, saat Galen tahu Nayya ingin pindah dan tinggal sendiri, dia cuma berkata, “Pindah aja ke sini, sebelahan sama aku. Biar kalau kamu butuh bantuan angkat galon atau benerin
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-01
Chapter: Bab 137Di luar ruang interogasi, Galen berdiri dengan gelisah. Ia mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan, sementara matanya tak lepas dari pintu berwarna abu-abu itu. Beberapa menit terasa seperti berjam-jam baginya. Ia tahu Nayya kuat. Tapi Galen juga tahu, kekuatan yang selama ini ditunjukkan Nayya bukan berarti ia tak terluka. Justru luka itu terlalu dalam—hanya saja selama ini disembunyikan di balik tatapan tajam dan ucapan penuh tekad.Saat pintu terbuka dan Nayya melangkah keluar, Galen langsung menegakkan tubuh.Langkah Nayya cepat dan tegas. Tapi hanya butuh satu detik. Satu pandang mata dari Galen, satu dekapan hangat yang ditawarkan tanpa kata—dan seluruh pertahanan yang tadi berdiri kokoh di hadapan Liam, runtuh dalam sekejap.Nayya terisak. Tangisnya pecah begitu tubuhnya bersandar di dada Galen."Galen…" bisiknya lirih, tubuhnya gemetar. "Aku… aku pikir aku bisa kuat."Galen memeluknya erat, menangkup kepalanya agar Nayya merasa terlindungi. “Gak apa-apa… Kamu uda
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-01
Chapter: Bab 136"Galen, aku ingin ketemu sama dia. Kamu bisa kan nganter aku ke sana besok?"Galen menatap Nayya lama. Permintaan itu membuat dadanya mencelos. Ia tahu betul, pertemuan itu bisa mengguncang kondisi Nayya, apalagi kondisi perempuan itu masih belum benar-benar stabil. Tapi dari sorot mata Nayya, Galen tahu… ini bukan sekadar keinginan. Ini tekad.“Nay… aku gak yakin itu ide bagus,” katanya hati-hati. “Kamu masih dalam masa pemulihan dan aku khawatir kamu drop lagi."“Aku harus ketemu dia,” balas Nayya, tegas. “Aku harus dengar penjelasan dari mulutnya sendiri. Aku juga harus buat perhitungan dengannya!"Galen menghela napas berat. “Kamu yakin? Aku hanya takut kamu kenapa-napa."Nayya menatap Galen lurus. “Aku ingin ketemu dia langsung, Galen. Dan aku pasti bisa jaga diri sendiri."Melihat tekat Nayya, akhirnya Galen hanya bisa menghela nafas berat sebelum akhirnya mengangguk setuju.***Keesokan harinya…Nayya berdiri di depan kantor polisi dengan jantung berdebar keras. Tubuhnya masih
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-31
Chapter: Bab 135Langit sore di luar jendela rumah sakit mulai menguning, menandai hari yang perlahan merambat senja. Cahaya matahari menyusup masuk lewat celah tirai, menyinari wajah pucat Nayya yang termenung di ranjang. Tatapannya kosong.Galen mendorong pintu pelan-pelan. Kakinya berat melangkah masuk, seolah membawa semua beban dunia. Begitu melihat Nayya duduk diam dengan tatapan kosong, rasa bersalah itu menyeruak lagi dari dadanya.“Nay…” panggilnya pelan.Nayya tak menjawab.Galen menutup pintu perlahan, lalu berjalan mendekat. Ia sempat menoleh ke luar—anak buah Rico, dua pria berbadan kekar, masih berdiri berjaga di koridor, memberi anggukan singkat saat mata mereka bertemu. Galen sedikit lega. Setidaknya, Nayya gak sepenuhnya sendiri waktu dia pergi tadi.Namun tetap saja, hatinya seperti terkoyak melihat wanita yang dicintainya duduk seperti boneka patah. Hampa.“Kamu udah minum obatnya?" tanya Galen, kali ini sambil duduk di tepi ranjang.Nayya baru menoleh. Pelan. Pandangannya sendu, ma
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-31
Chapter: Berikan Padaku!Satu jam sebelum jam makan siang, Qiana sudah terlihat Langkah Qiana memasuki area lobi rumah sakit yang megah itu. Aromanya khas—campuran antiseptik dan kopi instan dari vending machine di sudut ruangan. Di tangannya tergenggam tas jinjing kain berisi dua kotak makan yang dia siapkan sejak pagi. Satu untuk Zayn. Satu lagi… ya, untuk dirinya sendiri.Ini pertama kalinya dia datang ke tempat Zayn bekerja. Rumah sakit milik keluarga besar suaminya. Dari luar saja sudah terasa megah dan elit. Tapi begitu benar-benar masuk, jantung Qiana berdetak sedikit lebih cepat. Bukan karena takut, tapi karena khawatir membuat kesalahan.Matanya mencari-cari papan petunjuk sebelum akhirnya berjalan ke meja resepsionis. Di balik meja, berdiri seorang suster berwajah ramah mengenakan seragam hijau muda.“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa suster itu dengan sopan.Qiana tersenyum dan mendekat. “Selamat siang, Suster." Ia menunduk sebentar, seolah mengatur kalimat, lalu melanjutkan. “Saya mau
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-14
Chapter: Teman LamaLangkah Zayn menyusuri lorong panjang lantai tiga rumah sakit dengan cepat dan teratur. Setelan putihnya rapi, ID card dokter menggantung di dada kiri, dan tablet digital dalam genggamannya menampilkan data pasien terbaru dari IGD.Wajahnya datar, fokus sepenuhnya tertuju pada daftar tugas hari ini—visit ruangan rawat inap, evaluasi pasien pascaoperasi, jadwal observasi satu operasi kecil, dan dua diskusi kasus dengan dokter supervisor. Penuh dan padat. Seperti biasa.Suara derap langkah sepatu residen lain dan bunyi mesin infus serta monitor detak jantung jadi musik latar rutinnya sehari-hari. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Apalagi untuk urusan hati.“Dokter Zayn!” panggil suster Karin dari nurse station. “Pasien di ruang 307, tekanan darahnya drop tadi pagi. Dokter jaga minta bantuan untuk evaluasi lebih lanjut.”Zayn mengangguk cepat. “Saya ke sana sekarang.”Ia berjalan cepat ke ruang 307. Pasiennya adalah pria usia 60-an yang baru saja menjalani operasi by pass. Zayn memeriksa
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-13
Chapter: Harus Ngalah Lagi?“Kita tidur pisah lagi malam ini?”Zayn mengernyit ringan, seolah pertanyaannya agak aneh. “Iya."Qiana mengedip pelan. "...Kakak serius?"Zayn meletakkan gelas ke meja. “Hm."Qiana menghela napas, sedikit frustrasi tapi mencoba tenang. “Sampai kapan kak?"Zayn memandangnya beberapa detik. Lama. Lalu berkata pelan, “Sampai kamu terbiasa tidur dengan mode gelap.""Kenapa gak kakak aja yang adaptasi? Kenapa harus aku?" sahut Qiana cepat.Zayn mendekat beberapa langkah. Wajahnya tetap tenang, tapi kali ini, ada sorot mata yang berubah. Lebih tajam. Lebih... serius.“Aku tidak bisa. Dan tidak mau."“Kak—""Selamat malam."Zayn lagi-lagi menghindar. Dia pergi dari hadapan Qiana begitu saja saat gadis itu belum selesai bicara.Perempuan berambut coklat panjang itu tampak kecewa dengan sikap Zayn. Tapi tidak bisa berbuat banyak karena posisi mereka yang memang perlu beradaptasi setelah menikah.Hanya saja...Ia merasa sedikit sesak.***Qiana membuka matanya perlahan. Langit di luar jendela
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-12
Chapter: Balik Kesetelan AwalZayn tersenyum tipis, tatapannya bergeser ke arah Qiana yang langsung menegang saat mendengar pertanyaan sang ayah.“Enggak, Pa,” jawab Zayn sambil menaruh cangkir teh yang baru disuguhkan oleh Mba Retno. “Qiana enggak bikin repot. Cuma... agak bawel sedikit.”Qiana langsung menoleh tajam. “Hah? Bawel? Mana ada ya! Aku tuh gak pernah bawel kalau gak ada apa-apa. Lagian bawel juga karena kebaikan. Bukan buat yang lain. Cowok mana paham."Zayn mengangkat bahu ringan, tetap dengan ekspresi tenang. Baru saja Qiana dibilangin, Qiana langsung menunjukkan buktinya.Pak Wijaya tertawa pelan, melihat reaksi keduanya. “Maklumin saja ya Zayn. Qiana ini kan anak tunggal di keluarga ini, jadi pasti lumayan manja dan kurang dewasa."Qiana menepuk lengan Papanya. Bukannya belain malah dijatuhin. "Papa iiih..."Setelah mengobrol banyak, bu Wijaya muncul memanggil mereka bertiga untuk makan malam. Qiana duduk di samping Zayn bersebrangan dengan kedua orang tuanya.Makan malam hari ini terasa begitu ha
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-12
Chapter: Malu ParahBEBERAPA SAAT YANG LALU...Zayn duduk di bangku panjang lorong rumah sakit, masih mengenakan kemeja hitam yang kini mulai kusut karena dipakai seharian. Lengan bajunya tergulung sampai siku, memperlihatkan otot lengannya yang tegas. Celana panjang slim-fit warna senada melengkapi penampilannya yang selalu tampak rapi dan dewasa, meski kini wajahnya terlihat sedikit lelah.Tangan kanannya memegang ponsel, sementara tangan kirinya menggenggam secangkir kopi dari vending machine yang sudah agak mendingin. Rambutnya yang biasa disisir rapi kini tampak sedikit berantakan, seperti habis disibukkan oleh terlalu banyak pekerjaan. Tapi justru itu yang membuatnya terlihat lebih manusiawi—lebih nyata. Ponselnya bergetar pelan. Sebuah pesan masuk. ["Qiana: Kak, aku mau ke rumah buat beresin barang-barang. Kayaknya aku pulang agak malam."] Zayn mendengkus pelan sebelum menyimpan kembali ponselnya di saku celana. Tidak tau kenapa, tiba-tiba terlintas di benaknya mengenai tindakannya semalam. "
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-10
Chapter: Resmi Jadi Milikku"Kak... emnhhp..." Bukannya menyuruh Zayn menjauh, Qiana justru memiringkan kepalanya. Seperti memberikan akses bagi sang suami untuk melakukan lebih. Qiana mengerang pelan. Nafasnya tercekat, tubuhnya refleks mencengkeram bahu Zayn saat bibir pria itu menyentuh kulit lehernya lebih dalam. Bukan hanya satu, tapi beberapa titik ia rasakan sensasi dingin lalu hangat yang nyaris membuat sekujur tubuhnya lemas. Zayn berhenti sejenak, menatap hasil ‘karya’-nya dengan senyum penuh kepuasan. Satu per satu, tanda merah mulai muncul di kulit putih Qiana—tersembunyi oleh rambut dan kerah sweaternya, tapi cukup untuk membuat hati perempuan itu berdebar tak karuan. "Mulai sekarang," bisik Zayn di telinganya, suaranya rendah dan tegas, "kamu resmi jadi milikku. Sepenuhnya." Qiana menatapnya, napasnya masih belum stabil. Pipi merahnya tak bisa berbohong. Matanya membulat karena ucapan Zayn barusan—antara kaget dan... entah. Ada sesuatu yang mencubit hatinya. Manis, sekaligus asing. “Sejak peng
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-09
Chapter: Kamu Mau Apa?Clarissa sedikit bingung dengan kemunculan mobil sedan hitam mewah yang berhenti di depannya. Apa orang itu mengenalnya? Atau mereka pernah bertemu? Begitulah pikir perempuan yang sedang menggendong bayinya tersebut.Ia berdiri, mengamati sosok siapa di balik kemudi. Dan bola matanya reflek melebar begitu kaca mobil diturunkan. "Lu-Lucas?"Pemuda yang dimaksud tampak menyeringai sembari melambaikan tangan tanpa dosa. Sedangkan Clarissa benar-benar tidak menyangka, jika pria itu akan muncul di depannya siang bolong begini.Kabur. Itulah yang Sasa pikirkan. Dia tidak mau membuat masalah dengan pemuda itu. Sialnya, tak ada tanda-tanda kalau bus akan datang. Dan jalan satu-satunya yang bisa perempuan 23 tahun tersebut lakukan, adalah berjalan menjauhi Lucas."Hey! Mau ke mana kamu?" Sialnya, Lucas turun dari mobil dan mengejarnya. Pemuda dengan setelan jas lengkap tersebut tak terima ditinggal kabur begitu saja oleh Clarissa. "Clarissa! Tunggu!"GOTCHA! Akhirnya, pem
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-17
Chapter: Patner Tidur"Aku ingin kamu— menjadi partner tidurku!"DEGClarissa kehabisan kata-kata, tadinya dia pikir Lucas adalah orang yang berbeda. Dia ikhlas membantunya tanpa mengharapkan imbalan yang macam-macam. Tapi saat mendengar penuturan pemuda berkemeja hitam tersebut, sontak saja membuat Sasa syok dan tak tahu lagi harus bagaimana."Anggap saja uang yang tadi adalah uang untuk membayar 'jasa' kamu," ujar Lucas sambil menatap lekat ke arah Clarissa. Perempuan yang hanya bisa tercengang syok dengan ucapannya barusan."Tidur denganku?""Yup. Bukankah memang itu pekerjaan kamu?"Clarissa merasa harga dirinya hancur sudah. Ia tidak menyangka, Lucas memandangnya tak jauh berbeda dengan pria-pria lainnya "Kenapa wajah kamu pucat begitu? Jangan bilang kalau kamu akan menolaknya?" Ia menatap perempuan di depannya dengan intens. Jujur saja, Clarissa terlihat cantik di matanya. Apalagi saat bola mata bulatnya memandangnya balik."Aku bisa mengganti semua uang kamu, tapi
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-16
Chapter: Jangan Lari!Clarissa berjalan secepat mungkin menuju ke parkiran. Mencari taksi dan kabur dari tempat ini. Sudah cukup ia melakukan hal nista seperti sekarang. Walaupun belum lama, namun tetap saja dia harus lepas dari jerat dunia malam seperti ini.Mata perempuan berkulit putih itu berbinar senang saat melihat sebuah taksi berjalan ke arahnya. Ia mengangkat tangannya, hendak mencegat kendaraan tersebut. Namun belum sempat itu terjadi, seseorang lebih dahulu menarik pergelangan tangannya dan menyeretnya menjauh dari lokasi."Mau ke mana kamu?""Mm—mbak Gita?" Tubuh perempuan itu menggigil gemetaran melihat sosok Gita yang tampak murka kepadanya. Dari ekspresi wajah perempuan itu, terkesan jika dia sedang tidak bisa untuk santai."Kamu mau kabur?" sentak wanita berambut pendek itu dengan suara meninggi. Dia sudah terlanjur emosi karena sikap Clarissa yang seenaknya. Membuat dia nyaris kehilangan pelanggan terbaik di klubnya. "Berani sekali kamu?"Sasa yang berusaha melepaskan
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-15
Chapter: Jadi Wanita Penghibur"Mbak, aku tidak mau ikut! Aku tidak mau pergi ke sana lagi!""Mana bisa begitu, Sasa! Sudah ada 2 orang malam ini yang antre buat tidur sama kamu! Kamu tidak bisa menolaknya begitu saja!""Tapi Mbak— Aku capek banget! Daripagi baby Al rewel terus, dan—"Gita melotot tajam ke arah Sasa. Lalu mendudukkan perempuan itu di depan meja rias miliknya. Setiap hari saat ia datang untuk menjemput Sasa, selalu ada saja alasan yang ibu beranak satu itu ucapkan. Membuat dia kesal."Kamu tidak akan bisa menolak perintahku!" Dengan tegas Gita berucap demikian. "Kamu itu aset buatku, karena kamu pelanggan di klub tempat itu jadi makin banyak! Toh, kamu juga senangkan karena bisa menghasilkan banyak uang!" terang Gita dengan suara meninggi sedikit frustrasi."Aku juga sudah bilang ke Mbak, kalau aku akan berhenti setelah hutang-hutangku lunas. Dan aku tidak akan melakukan hal itu lagi!" Perempuan 23 tahun itu tak mau kalah. Dia sudah bertekad untuk menyudahi hal kotor ini karena
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-14
Chapter: Kapan Kamu Menikah?Lucas reflek meletakkan alat makannya ke atas piring dengan sedikit kasar, tak delikan tajam yang langsung tertuju ke arah sang Mama. Dia begitu kesal dengan pertanyaan berulang yang dilontarkan oleh orang tuanya tersebut.Dia bosan harus menjawab pertanyaan itu hampir setiap hari. Mengenai pasangan. Istri. Pacar. Sungguh dia muak dengan hal-hal semacam itu."Aku berangkat dulu!" Dan satu-satunya hal yang bisa Lucas lakukan demi menolak pertanyaan Sang Mama, adalah dengan pergi dari sini. Ke kantor jauh lebih baik daripada harus dituntut ini dan itu oleh keluarganya."Tunggu, Lucas! Mama belum selesai bicara!" Rika tampak kesal karena pertanyaan selalu diabaikan dan dianggap angin lalu oleh anaknya."Sudah Ma, mungkin kakak memang sedang buru-buru," Sang adik, Rendra Ghurafa Sadewa memotong ucapan Mamanya. Pria 25 tahun dengan senyum khas itu memilih untuk menenangkan Sang Mama. "Mungkin juga kak Lucas bosan karena ditanya seperti itu. Hahaha," lanjutnya sambil tertawa mengejek."Apa
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-13
Chapter: Terpaksa Jadi Wanita Malam"Aku mau 'mencobanya' lebih dulu! Aku sudah tidak tahan."Sasa panik. Ia menggeleng lemah tanda menolak. Sungguh dia belum siap."Mana bisa seperti itu!"Pria yang sedang duduk di sofa tadi langsung berdiri, menarik pergelangan Sasa dan memeluknya. Tak rela pria gemuk itu yang akan meniduri Clarissa sendirian."Hey, aku dulu tadi yang memintanya! Kamu jangan seenaknya menyerobot!"Melihat situasi yang agak tidak kondusif, Gita reflek menyela. "Sudah-sudah! Begini saja, siapa yang membayar paling tinggi, akan bisa tidur lebih dahulu dengan Sasa.""Oke! Kalau begitu cara mainnya!" Mereka berlomba-lomba mengeluarkan dompet, mengambil kartu kredit masing-masing dan memamerkannya. Tak lupa menyebutkan nominal uang untuk membayar jasa Clarissa.Sedangkan perempuan itu hanya bisa pasrah dan menangis. Entah dia harus bangga atau malu karena hal ini. Beberapa pria di depannya sibuk berdebat untuk mendapatkan giliran pertama untuk tidur dengannya.***"Inga
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-10