Aroma kopi di sebuah kedai kecil di Kopenhagen menyeruak masuk ke dalam indra penciuman. Tampak Shakira sejak tadi duduk di hadapan Stanley yang sedang minum kopi. Ya, wanita cantik itu kesal karena dirinya ingin pulang, tetapi Stanley menahannya. Hal tergila adalah Shakira harus menemani pria itu untuk minum kopi. Padahal dia ingin segera beristirahat di rumah setelah bertemu dengan Anja.
“Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu, hm?” tanya Stanley santai seraya menyesap kopi miliknya.
Shakira menatap jengkel Stanley. “Bagaimana aku tidak kesal? Kau selalu memaksakan kehendakmu, Tuan Geovan!”
Stanley meletakan secangkir kopi yang dia pegang ke atas meja. “Aku memaksa, karena aku malas ke kedai kopi hanya sendirian saja.”
“Kau bisa mengajak Shula.”
“Well, sepertinya Shula sibuk dengan kegiatan sosial. Atau mungkin dia sibuk mempersiapkan tunangan kami.”
“Jika Shula sibuk mempersiapkan pertunangan kalian, maka seharusnya kau turut membantunya. Bukan malah bersama denganku!”
“Keluargaku suda