Trevor begitu bertekad. Dia seperti harimau lapar yang tak mau melepaskan mangsanya.
Sekalipun tidak mendapatkan balasan setimpal, Trevor tetap melumat, seakan-akan Tamara membalas.
Tangan Tamara sudah bersiap untuk mendorongnya tapi Trevor menahannya lagi.
“Jangan mendorongku,” bisiknya cepat dengan hanya menghentikan aktivitasnya sejenak.
Setelah itu, dia semakin gencar merapatkan tubuhnya pada Tamara, menikmati sedikit gesekan antara tubuh mereka.
Sayangnya, semua itu malah membuat Trevor semakin mendamba.
Dia makin merapatkan tubuhnya pada Tamara dan semakin menginginkannya.
Deru napasnya semakin menjadi dan cecapannya menjadi semakin menuntut.
Dengan penuh gairah, Trevor membuka kaki Tamara dan membuat wanita itu duduk di meja dapur dengan dirinya berada di antara kaki Tamara.
Tangannya menyelusup ke balik bawahan dress dan meraba halus dan padatnya bokong Tamara.
Semua itu membuat napas Trevor semakin menggebu dan tak tertahankan.
Dia takkan melepaskan Tamara lagi.
Ini sudah tak