Setelah peristiwa aku diacuhkan dan diabaikan oleh Sintia, aku lebih memilih untuk berpasrah saja sama Allah. Menerima datangnya jodoh yang dikirimkannya untukku. Jika benar Sintia memang ditakdirkan untukku cepat atau lambat pasti dia akan datang padaku. Aku akan selalu menyebut namanya dalam doa-doaku.
Sekarang yang terpenting bagiku adalah kesehatan kedua anakku Biru dan Jingga mereka permata hatiku yang tidak ternilai harganya yang tidak bisa digantikan dan ditukar dengan apa pun peninggalan mendiang istriku tercinta.
Aku akan merawatnya sepenuh hati dan setulus hatiku.
Aku akan berusaha menjadi ayah dan sekaligus ibu yang baik untuk Biru dan Jingga. Apalagi keluarga dan orang terdekatku sangat mensupport dan membantuku dalam mengurus ke dua buah hatiku, maka tidak begitu sulit bagiku untuk menjalani dua peran sekaligus.
Rasanya perjalananku ini sangat lama macet di mana-mana padahal tadi sewaktu membuntuti Sintia perjalanan terasanya cepat dan mengasyikan.
“Pak, ke Perumahan M