Tentang kesabaran seorang wanita yang diuji dengan pahitnya penantian si buah hati yang sudah keguguran tiga kali dan pengkhianatan sang suami yang menikah diam-diam.
Lihat lebih banyakVIDEO PERNIKAHAN SUAMIKU
🌸🌸🌸
[Miris pisan euy, cantik jelita, saliha, tapi masih saja diduakan. Jauh-jauh ya Allah dari suami model begini.]Awalnya aku tidak begitu antusias dengan status W* yang ditulis Mbak Sulis, tapi melihat ke status dia berikutnya membuat jantungku hampir copot.
Aku ternganga melihat vidio itu. Ini vidio pernikahan Mas Arman dengan wanita bernama Echa. Kuputar ulang takut salah lihat ternyata benar itu Mas Arman suamiku.
Jadi ini maksud dari status Mbak Sulis. Ya Allah salah apa aku? Bahkan aku sekarang masih dirawat intensif di rumah sakit akibat keguguran bayiku yang ke tiga kalinya.
Aku di sini berjuang mati-matian demi si buah hati, tapi suamiku di rumah menikah lagi.
Dadaku rasanya sesak sekali. Berkali-kali aku mencerna ini, tapi tidak bisa aku terima.“Selamat siang, Bu Fatki. Eh, kok nangis. Jangan terus bersedih, Bu. Insya Allah besok akan diberi amanah lagi. Semangat, ya?” ucap suster jaga yang masuk ke ruanganku.
Biasanya aku tidak akan menangis di depan orang apalagi jika tidak kenal. Rasanya malu, tapi sekarang aku tidak bisa lagi membendung maluku, jika bisa rasanya aku ingin terus menangis seharian.
“Terima kasih Sus,” jawabku terisak.
“Apa masih ada keluhan lain?”
“Masih Sus, perutku masih seperti kebas.”
“Oh, tidak apa-apa itu efek obat bius karena kuret semalam. Nanti minum obat insya Allah sembuh. Kalau terjadi pendarahan tidak normal segera panggil kami ya, Bu.” Aku mengangguk saja. Aku kembali sendirian di ruangan yang hanya berisi dua rajang ini.
Pasien di sebelahku pulang tadi pagi. Bukan pulang ke rumah karena sembuh melainkan pulang keharibanNYA.
Suamiku izin pulang tadi pagi katanya mau mandi dan mengambil baju salin untukku.
Aku kembali sedih harus menghadapi kenyataan pahit hidupku.Suami yang aku kira setia dan begitu menyayangiku ternyata sudah berbagi cinta dengan perempuan lain.Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan selama ini. Dia begitu baik, manis, dan romantis sehingga aku tidak pernah curiga sama sekali padanya.
Kami menikah sudah dua tahun. Selama dua tahun inilah aku sudah keguguran untuk yang ke tiga kalinya. Kata dokter kandunganku lemah jadi kalau aku hamil muda harus benar-benar istirahat total.
Jangankan istirahat total sekedar untuk rebahan saja aku mencuri-curi waktu.
Suamiku yang hanya bekerja serabutan membuatku banting setir harus membantu perekonomian kami. Aku yang pandai menjahit memutuskan untuk membuka usaha jahit kecil-kecilan di rumah. Alhamdulillah banyak yang datang menjahit baju padaku.Hasilnya banyak, bisa untuk mencukupi dua dapur, milikku dan juga ibu mertuaku. Meskipun kami tinggal satu rumah, tapi dapur kami dua. Mertuaku maunya makan ini dan itu aku tidak bisa menuruti kemauannya tidak ada waktu karena harus menjahit.
Uang dari hasil menjahit sisanya aku tabung. Uang dari suamiku hanya cukup untuk membayar ini dan itu. Aku bukan tidak bersyukur, tapi memang begitu kenyataannya. Kalau aku tidak membantu mencari rezeki mungkin kami akan makan nasi lauk garam setiap hari.
Ibunya yang maunya serba bagus dan mahal tidak mengukur kemampuan suaminya maka suamikulah yang menjadi andalannya.
Sudah dua puluh menit yang lalu minum aku obat. Biasanya kalau sudah minum obat aku akan langsung ngantuk dan tidur. Ini entah obatnya yang belum bereaksi atau akunya yang terlalu banyak beban pikiran hingga tidak bisa tidur.
Kubuka lagi ponselku. Kulihat status Mbak Sulis berkali-kali. Di sana terlihat jelas Mas Arman sangat bahagia. Ini semakin membuat hatiku tercabik-cabik sakit sekali.
Mbak Sulis adalah ART tetanggaku yang sering menjahit baju padaku jadi kami saling save nomor untuk memudahkan komunikasi.
Selain orangnya baik, dia juga lugu dan alay. Seumuran denganku bedanya beliau sudah punya dua anak lucu-lucu. Apa saja yang dia tahu akan dia bicarakan dan dibuat status. Berkat kealayan Mbak Sulis aku jadi tahu busuknya suamiku.
Berbeda dengan status Mbak Sulis. Status W* suamiku sedang berada di kamar mandi dengan cucian piring kotor yang menggunung.
[Saatnya bantu beres-beres, biar berkah.]
Cih, menyebalkan sekali! Busuk. Pendusta! Andai aku tidak tahu pernikahannya hari ini pasti aku sudah menyanjungnya setinggi langit.
Entah sejak kapan aku tertidur. Aku bangun karena ada pasien baru masuk. Seorang wanita paruh baya.
Alhamdulillah setidaknya malam ini aku tidak sendiri.“Keluarga belum datang lagi, Bu?” tanya Suster tadi pagi yang memeriksaku.
“Belum, Sus. Lagi banyak kerjaan. Mungkin ....” jawabku sedih. Kugigit bibirku agar tidak menangis.
“Oh, iya. Besok semoga Ibu sudah boleh pulang ini infus terakhir jadi nanti kalau sudah habis panggil kami ya, Bu?”
“Iya, Suster. Terima kasih.”
Karena penasaran aku segera melihat ponselku lagi. Status W* Mbak Sulis sudah tidak ada lagi.
Grup keluarga sepi biasanya selalu ramai. Ah, pasti mereka sedang sibuk pesta. Anehnya keluarga suamiku sama sekali tidak ada yang update status pernikahan Mas Arman.Mereka kompak sekali menutupi kebusukan ini. Aku rasa ini bukan pernikahan siri. Kalau pernikahan siri pasti tidak akan seramai ini sampai Mbak Sulis pun tahu dan juga hadir.
Kuteleponi suamiku tepat panggilan ke 8 baru dijawabnya.
“Asslamu’laiakum sayang ....” sapa Mas Arman. Mual sekali aku mendengar sapaan busuknya.
“W*’laikumsalam ... Mas, kapan ke sini. Ini dokter mau bicara penting,” sahutku berbohong.
“Belun tahu, Dik. Mas lagi banyak kerjaan ini bantu-bantu Ibu.” Rasanya aku ingin sekali memaki sekarang juga. Kalau tidak ingat di sebelahku pun ada pasien.
“Jadi, kapan bisa ke sini? Aku sendirian loh,” kataku bergetar ingin menangis.
“Sabar ya, nanti begitu selesai Mas akan langsung ke sana.” Ck, sabar? Selesai apaan? Selesai malam pertama maksudnya?
“Selesai apaan, Mas? Kok tadi piring-piring kotor yang Mas foto seperti piring-piring keteringan orang hajatan?”
“Oh, itu anu—bukan ah, mungkin sama piringnya, Dik. Mas Malah enggak merhatiin.”
“Kok, jadi gugup gitu, ada apa, Mas?”
“Enggak ada apa-apa. Ya, sudah, kamu istirahat biar cepat sembuh. Mas mau kerjain ini dulu.” Tanpa kujawab lagi. Langsung kumatikan sambungan telepon. Menambah rasa sakit hati saja.
Malam tiba mereka pun tidak ada yang datang menjengukku. Mas Arman, ah tentu saja dia sedang memadu kasih dengan maduku.
Sakit itu kembali menjalar ke seluruh tubuhku. Sesak dan bikin sakit kepala.
[Cintaku sudah mati.] Kutulis status W*. Tidak menunggu lama banyak pesan masuk salah satunya dari suamiku. Kuhiraukan dan memilih merenung.
~K~U🌸🌸🌸
“Selamat pagi, Bu Fatki. Alhamdulillah hari ini sudah boleh pulang,” sapa dokter cantik yang menanganiku. Diperiksanya seluruh badanku. Beliau celingukan. Pasti mencari keberadaan keluargaku.
“Pagi Dokter. Alhamdulillah ... terima kasih.”
“Iya, ingat jaga kesehatan, ya? Bulan ke empat boleh hamil lagi. Sementara ini istirahat dulu sampai rahimnya benar-benar pulih. Tetap semangat insya Allah nanti dikasih rezeki lagi siapa tahu hamil berikutnya langsung lembar.” Jika sebelumnya aku sangat bahagia dan antusias dengan semua nasihat-nasihat dokter tidak untuk hari ini.
Rasanya aku sudah tidak mau lagi banyak berharap. Apalagi sekarang suamiku sudah punya istri baru kemungkinan jika dia hamil aku akan tersingkir.
“Aamiin ... terima kasih doanya, Dok."
“Iya, saya tinggal dulu. Sekali lagi tetap semangat ya, jangan berkecil hati. Selagi masih ada rahim di perut kita maka akan ada banyak keajaiban dan kemungkinan. Hamil hak mutlak Allah SWT jadi kita hanya bisa usaha dan berdoa,” ucap Dokter Finda. Lalu beliau pamit pergi untuk visit pasien yang lain lagi.
“Bu, ini obatnya nanti diambil di apotek, ya? Nanti di sana akan dijelaskan dosis minumnya.”
“Baik Sus terima kasih.”
Setelah selesai sarapan aku putuskan untuk pulang sendiri tanpa menunggu Mas Arman lagi.
Dia mana mungkin ingat aku. Pasti masih menikmati masa-masa pengantin barunya.POV Kayla. Setelah pemakaman bapak keluarga pun segera mengurus perempuan yang mengaku sebagai istri mudanya bapak. Ternyata perempuan itu tidak mengharapkan harta seperti yang dituduhkan Kak Siwi. Perempuan itu benar-benar tulus pada bapak.Mereka benar-benar ke sini untuk memberikan penghormatan terakhir. Melihat ketulusan itu bang Dafa dan Bang Romi mengakui anak remaja itu sebagai adiknya dan berjanji akan memberikan biaya pendidikan sampai jenjang tinggi.Emak jangan ditanya perempuan itu terus mengerang pasti emak tidak terima atas keputusan dua putranya bahkan tadi Emak sempat kejang.“Abang mau bicara dengamu, Kay. Ini serius! Ayo, ikut Abang. Aku yang masih duduk di atas sajadahku setelah salat ashar langsung mengikuti Bang Daffa untuk berkumpul di ruang tamu. Di sana sudah banyak berkumpul saudara-saudara Bang Dafa ada paman, Kak Siwi, Risa, dan banyak lagi, tapi tunggu dulu ada satu orang yang menarik perhatianku siapa dia aku seperti pernah melihatnya? Ya, kini aku ingat
POV Kayla. “Kamu siapa? Kenapa kamu datang ke sini, hah?! Kami tidak punya keluarga seperti kamu dan kami tidak mengundang siapa pun yang tidak kami kenal. Cepat pergi!” usir Kak Siwi. Aku yakin sekali kalau Kak Siwi mengenali wanita itu ‘kan kemarin dia sudah melihatnya di ponselku sedangkan emak hanya meliriik saja. Emak terus saja menangis. Ah ... ini masih babak baru pasti setelah ini akan terjadi keributan besar.“Cepat sana, pergi! Cepat! Kami tidak punya kerabat seperti kamu!” usir Kak Siwi lagi seraya mendorong-dorong tubuh wanita itu.“Lepaskan Ibuku jangan kau sentuh Ibuku!” bela anak bujangnya. Wah ternyata punya nyali juga dia. Aku kira dia hanya anak ingusan yang sembunyi di ketiak ibunya ternyata dia jagoan yang berani membela ibunya dari terkaman harimau.“Kamu siapa? Nggak usah ikut campur anak kecil! Cepetan sana pergi kalian! Pergi! Rumah ini tidak menerima orang yang tidak kami kenal!” Kak Siwi terus saja mengusir perempuan itu namun perempuan itu sama sekali tid
POV Kayla.“Dasar pembunuh! Dialah pembunuh bapakku. Dialah pembunuh bapak kami! Dafa pokoknya jeblosin Kayla ke penjara aku. Pokoknya aku enggak mau tahu masukin dia ke penjara!” teriak Kak Siwi. Jari telunjuknya menudingku.Dia menuduhku membunuh bapak terserah saja ‘toh aku tidak secara langsung membunuhnya. Aku hanya memberikan informasi akurat dan rahasia besarnya selama ini, jadi kalau bapak meninggal ya, itu sudah takdirnya bukan karena aku yang bunuh. Jadi, untuk apa aku takut aku santai saja menghadapi mereka bahkan kini aku duduk di sebelah emak yang terbaring lemah. Tatapannya penuh kebencian padaku. Ah ... terserah saja. Dibenci emak tidak akan pernah membuatku rugi yang penting dendamku terbalaskan.Sementara Bang Daffa sama sekali tidak menanggapi perkataan Kak Siwi. Begitu pun dengan Bang Romi. Mereka semua justru khusuk mendoakan Bapak.Entahlah kalau setelah acara pemakaman ini mungkin aku akan disidang, tapi ya, seperti yang aku katakan tadi aku sama sekali tidak t
POV Kayla. “Wah ... so sweet sekali, tapi sayangnya itu basi dan sepertinya Mak sekarang nggak suka tuh sama kamu! Dari tatapannya Emak saja terlihat sangat marah. Andai Mak bisa ngomong pasti Emak sudah ngusir kamu dari sini, Kay!” kata Kak Siwi lagi. “Kalau emang Emak nggak suka padaku baru-baru ini ya, telat dong! Karena aku sudah nggak suka sama emak sejak dahulu,” jawabku. Kak Siwi bengong.“Dasar nggak waras! LAWANG!” umpat Kak Siwi.“Kok, orang gila ngatain gila, sih!” kataku lagi.“Diam kamu, Kay! Kamu ngatain aku gila lagi akan kubuat kamu mampus gak bisa ngomong selamanya mulutmu itu!”“Enggak takut! Lakuin aja kalau bisa,” jawabku dengan senyuman sinis.Kulirik emak. Lagi-lagi emak hanya menggeleng saja. Jangankan basmi Kak Siwi, emak yang selama ini baik padaku pun bisa aku bikin diam alias stroke.“Mak ... Mak kenapa seperti ketakutan gitu, sih? Padahal kan, aku sayang sama Emak dan juga Mak sayang sama aku. Tenang aja ya, aku bakal kasih sesuatu sama emak, tapi aku
POV Kayla. “Halo ... selamat pagi! Emak apa kabar? Eh ... ada Kak Siwi,” sapaku saat aku buka pintu lalu menghampiri emak.“Eh ... perempuan kurang ajar mau apa kamu ke sini, hah! Kamu mau merayu emakku lagi biar kamu dapat tanah warisan atau kebun gitu, ya! Enggak cukup kamu ngambil rumah itu dari kami?” kata Kak Siwi. Dia menarik jilbabku sampai hampir terlepas bahkan jarumnya pun menusuk kulitku.“Apa-apaan sih, Kak! Ngeselin banget lepas nggak!” protesku.“Aku enggak akan lepas sampai kamu minta maaf sama aku dan kamu balikin rumah itu ke Emak lagi!” jawabnya.“Oh ... iya? Yakin?” jawabku seraya kusikut perut Kak siwi kuat sekali.“Aww sakit! Setan kamu, ya, Kayla!” jerit Ka Siwi. Dia memegangi perutnya sambil berjongkok.“Duh, maaf ya, Kak. Sengaja! Ha ha!” ucapku.“Emph! Emph!” Emak bersuara. Aku yakin dia sangat kesal padaku dan hendak mengumpatku, tapi karena Mak sudah kena stroke jadinya emak tidak bisa menyampaikan unek-uneknya.“Kenapa, Mak? Mau ngomong apa? Kasihan b
POV Kayla. “Oo ...ternyata pelakor! Orang elit dan berpendidikan tinggi pun bisa ya, jadi pelakor!”“Dokter kok, pelakor! Cantik-cantik sukanya sama suami orang. Padahal dapat bujangan juga bisa!”“Namanya juga cinta tahi kucing pun rasa coklat!”“Amit-amit na’uzubillahminzalik dunia udah mau kiamat sampai-sampai pada rebutan suami.”“Sekarang banyak perempuan muka badak, muka tembok! Enggak bisa berkaca diri terbawa hawa nafsu!”“Iya, sudah gitu nyalahin istri sah lagi! Iih ... enggak malu banget!”“Pelakor mana pada punya urat malu. Urat malunya udah putus!”“Iya, betul! Menjijikan sekali lebih najis daripada kotoran hewan!”“Iya, ngeri ya ... padahal karir mereka bagus loh, dokter! Ternyata enggak menjamin!”“Jangan cuma nyalahin pelakornya, tapi lakinya juga. Mereka itu kan, sama-sama mau. Sama-sama gatal, sama-sama nggak punya kehormatan!”“Pendidikan tinggi enggak menjamin orangnya pun bermoral tinggi!”“Makanya itu harus belajar adab juga.”“Dokter Dafa bingung kali milih sal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen