Share

Panitia Pemilihan CR (4)

Raina, Radit dan Yasmin sibuk mengobrol, Septian dan Adrian sibuk memilih makanan di menu, sedangkan Tama hanya bisa melihat semua teman seangkatannya yang akan selalu bersama-sama selama 4 tahun kedepan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sementara dia sedang berpikir keras bersama kertas dan pulpen dihadapannya, untuk membagi tugas selama masa residensi, tapi sepertinya semua temannya itu tidak ada yang perduli, batin Tama dalam hati. Belum lagi mereka juga sepertinya tidak ada yang perduli, padahal Mela belum juga datang.

"Ehem!!" Tama berdehem cukup keras, berusaha mendapatkan perhatian semua rekan-rekannya. Dia berhasil, semuanya berhenti dan mengalihkan perhatiannya. 

"Apa Mela sudah ada kabar?" Tanya Tama. Raina orang pertama yang langsung mencibir saat mendengar pertanyaan dari mulut pria yang baru saja dia beri julukan "kanebo kering". 

"Biar gue telpon" ucap Raina, langsung mengajukan diri untuk membantu menelpon, setidaknya bukan Tama yang langsung menghubungi, bisa-bisa Mela kena semprot karena terlambat, pikir Raina. Dia segera menghubungi temannya itu. 

"Mel, dimana?" Tanya Raina. 

"Sori Na, gue telat banget ini. Ban mobil gue kempes, tadi ke tambal ban dulu tapi ini udah deket kok" jelas Mela, memberikan alasan mengapa dia terlambat datang. 

"Oke, hati-hati ya, tenang enggak apa-apa, kita tungguin" balas Raina, dia jadi berubah khawatir mendengar alasan Mela. 

"Kenapa?" Tanya Tama langsung setelah Raina menutup telepon.

"Mela ban mobilnya kempes, makanya ke tambal ban dulu, sabar aja dulu deh, bahaya juga kalau dia minta diburu-buru, lagian katanya tadi udah deket." Jelas Raina. 

"Ini nih, kalau berangkat enggak lebih dulu" balas Tama. Raina hanya bisa mencibir mendengar keluhan dari Tama, benar-benar manusia tidak toleran, batin Raina dalam hati. 

"Mendingan lu pesen makan atau minum gitu? Dari pada ngedumel mulu" balas Raina, memutar bola matanya dengan malas. Sungguh lelaki ini menyebalkan sekali, batin Raina lagi sambil menyerahkan buku menu pada Tama. Yasmin dan Radit hampir tidak dapat menahan tawa mereka, begitu juga Adrian dan Septian yang duduk disamping Tama. 

"Jangan stress gitu Tam, seniornya juga belum nongol" sahut Adrian, mengamini kalimat Tama. Lelaki itu tidak menjawab, dia melirik sebentar ke arah Raina. Dasar gadis ini selalu saja membuat kesal, keluh Tama dalam hati. 

Sesuai janji, Mela datang sekitar 4 menit kemudian. Dia berjalan hampir berlari dengan napas terengah-engah. 

"Sori, sori banget semuanya, gue enggak sadar ban mobil kempes, jadi muter cari tambal ban dulu" ucap Mela dengan napas terengah-engah. 

"Duduk dulu" balas Radit, yang duduk paling dekat dengan posisi Mela berdiri. Dia beranjak dari kursinya, memberikan kursinya pada Mela dan pindah duduk ke samping Tama. Raina menatap dengan wajah terpukau, benar-benar seorang gentleman, beda sekali dengan si kanebo, batin Raina, melirik kesal ke arah Tama.

"Duduk, minum gih. Tadi udah gue pesanin duluan" balas Raina. Memberikan es teh manis yang sengaja dia pesan lebih untuk Mela. 

"Thanks Na, Ur the best" balas Mela, duduk dan meneguk habis es teh itu. 

"Oke, karena semua udah disini.." Tama sudah memulai kalimatnya, padahal Mela baru saja beberapa detik menarik napas setelah selesai menghabiskan teh manisnya. Raina kembali melirik dengan wajah sebal.

"God, please. Laki-laki ini keterlaluan" batin Raina dalam hati. Dia mengangkat tangan kanannya. Tama berhenti berbicara, menatap ke arah Raina. 

"Ya?" Tanya Tama.

"Sabar Tam, Mela baru aja napas," jawab Raina dengan santai. Yang lain tertawa mendengar dan melihat kelakuan Raina. Mela juga menyengir karena senang ada yang membela. 

"Oke, Mela, sudah selesai ambil napasnya? Bisa kita lanjutkan?" Tanya Tama lagi, menahan kedongkolannya. 

"Oh, iya. Maaf, udah kok" balas Mela.

"Oke, bisa dilanjutkan?" Tanya Tama kembali pada Raina. 

"Tentu" balas gadis itu, memasang wajah datar tanpa rasa bersalah. 

"Oke, kalau gitu gue lanjutkan ya, semoga enggak bakal ada interupsi lagi" balas Tama. Kalau ada gangguan lagi, rasamya lelaki itu akan meledakkan amarahnya. Raina mengangguk setuju, menutup rapat mulutnya. 

Tama mulai menjelaskan mengenai masalah pembagian kerja di grup, dia juga menjelaskan apa-apa saja yang dibutuhkan di tahun pertama residensi. Sekolah sebagai residen di tahun pertama tentu akan lebih berat dibanding tahun-tahun berikutnya. Biasanya tugas-tugas akan dibebankan lebih banyak pada residen di tahun pertama. Setelah selesai, dia membuat pembagian tugas kerja per orang, karena kelompok mereka termasuk kelompok dengan jumlah yang cukup sedikit, hanya 7 orang, tentu saja kerjaan akan lebih berat. Sekitar 20 menit lelaki itu menjelaskan semuanya, yang lain hanya manggut-manggut pertanda setuju, sementara Raina mengiyakan saja.

Seorang residen datang setelah Tama selesai menjelaskan. Seorang wanita bertubuh kurus, dengan baju dan kerudung sedikit kusut. Wajahnya tampak mengantuk dan sepertinya dia belum makan seharian. 

"Teh" sapa Tama. Wanita itu mengangguk. Tama langsung menyiapkan kursi dengan sopan. 

"Silakan Teh" ucap Tama sekali, lagi-lagi sangat sopan. Hmmm, pria ini memang selalu sopan dengan orang yang lebih tua atau senior, batin Raina. 

"Thanks. Anyway, sori ya, gue telat ya? Boleh gue pesen minum dulu?" Balas wanita itu. Tama mengiyakan dan memanggil pelayan. Wanita itu segera memesan minuman. Hanya dari raut wajahnya saja, Raina tahu sekali wanita ini kehausan. Dia menyodorkan air mineral dingin yang belum dia buka segelnya. 

"Haus ya Teh? Mau minum ini dulu sebelum pesanan Teteh datang?" Tawar Raina dengan sopan. 

"Oh, thanks banget. Siapa nama kamu?" Tanya wanita itu. 

"Raina Teh." Balas Raina sambil tersenyum.

"Oh iya, gue Devi ya" balas Devi, dia segera membuka segel air minuman dan meneguknya sampai habis. 

"Oke. Kita langsung bahas tugas ya" ucap Devi setelah menghabiskan langsung air mineral itu.

"Gue dan anak-anak semester 5 jadi panitia penanggung jawab acara pemilihan residen. Acaranya memang rutin diadakan setiap tahun. Biasanya sekalian gathering, sekalian kita makan malam bareng dan milih CR berikutnya. Acaranya di rumah senior semester 7. Beliau oke untuk masalah tempat, tapi dekor dan katering urusan kita. Gue minta tolong kalian untuk urusin dua masalah itu. Tapi ada masalah nih, katering yang biasa kita pesan tuh lagi fully booked. Gue telat banget pesan itu katering. Jadi itu dulu deh kalian urusin, kira-kira ada yang tahu katering enak, murah tapi masih bisa pesan makanan untuk sekitar 100 orang? Rencananya kita makannya prasmanan gitu, jadi kateringnya harus sediakan alat makan dan meja kursi" jelas Devi. Raina mengangkat tangannya. 

"Ibu saya usaha katering Teh, kebetulan untuk bulan ini masih bisa terima order. Kalau teteh mau nanti saya kasih teaternya sama paketnya yang mana aja, gimana Teh?" Tanya Raina. Dia langsung merasa senang. Ibu pasti akan bahagia karena dia mencarikan pelanggan baru untuk bisnis Ibunya. 

"Oh ya?" Tanya Devi, wajahnya tersenyum. Dia benar-benar tidak punya waktu banyak untuk ini. Bantuan dari semester 1 tentu akan sangat berarti. 

"Iya Teh. Saya boleh minta email Teteh? Nanti saya email katalog menu nya, kalau tester, gimana Teteh sempat aja" balas Raina lagi. Devi mengangguk setuju. Raina menyodorkan sebuah kertas dan pena kepada Devi, senior semester 5 itu langsung menuliskan alamat emailnya dan menyerahkan kembali kepada Raina. 

"Thanks banget" balas Devi. 

"Nah, untuk masalah dekorasi, enggak perlu yang rumit dan ribet, kalian atur aja ya. Asal jangan norak ya." Lanjut Devi lagi. Perhatiannya terusik karena pelayan datang membawa minuman pesanannya. Wanita itu, tanpa menunggu lama, langsung meneguk sampai habis. Baru beberapa detik ponselnya sudah berbunyi. Dia menjawab sebentar dan langsung menutup ponselnya. 

"Semuanya, sori. Gue mesti balik lagi ke rumah sakit, thanks ya" balas Devi, mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu sambil beranjak dari duduknya. 

"Kembaliannya kalian pakai aja ya" ucap Devi, melambaikan tangannya dan pergi.

"Oke, karena tugas konsumsi sudah dengan sukarela dipegang oleh Raina, berarti untuk dekorasi gue pilih Radit dan Yasmin, untuk transportasi Mela, Septian dan Adrian. Lu sama gue, kita urus masalah konsumsi ya" balas Tama, melirik ke arah Raina. Ternyata wanita ini ada fungsinya juga, batin Tama. Awalnya dia kesal setengah mati, tapi melihat Raina yang memberi ide masalah konsumsi, kekesalan Tama memudar.

"Apa?" Tanya Raina, terkejut dan langsung ingin protes. 

"Ya, acara pemilihan ini lu kerja sama gue, yang lain setuju?" Tanya Tama. Raina spontan melirik Radit. Berharap lelaki itu tidak setuju dan ingin mengerjakan tugas bersama dirinya, atau Yasmin. Lebih menyenangkan bekerja bersama seseorang yang sudah dia kenal. Tapi  harapan Raina pupus sudah, Radit dan Yasmin sudah saling bersalaman dengan wajah sumringah, sepertinya mereka senang karena hanya bekerja di hari H saja, begitu juga dengan ketiga teman lainnya. 

"Lu ada file menu kateringnya? Bisa kirim ke gue juga?" Tanya Tama. Raina hanya bisa menghembuskan napas dengan berat. Mau tidak mau dia harus bekerja sama dengan lelaki kaku yang mirip kanebo kering ini, batin hatinya. 

___________

Sesuai janji, up baru

Ditunggu komentar dan review nya ya

Jangan lupa follow IG saya yang baru ya

rizka_author, jangan IG yang lama ya

Happy reading

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Reno Vera
aq msh ngikutin alur aja thor.. soalnya masih blom ada konflik yg greget antara Raina, Radit dan kanebo kering..eh.. Tama maksudnya..??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status