Share

Panitia Pemilihan CR (3)

Author: Rizka hami
last update Last Updated: 2020-10-04 12:55:20

     Dari tempat duduknya, Tama melirik ke arah Raina dan Radit. Kedua sejoli itu sibuk mengobrol, kadang jelas terdengar suara tawa mereka atau pukulan manja dari Raina ke lengan Radit. Menyebalkan sekali harus menyaksikan pemandangan seperti itu, batin Tama dlam hati.

     Awalnya Tama tidak mau peduli, tapi ini sudah hampir 10 menit mereka mengacuhkan dirinya, lama kelamaan Tama jadi kesal juga, ditambah teman mereka yang lain juga belum menampakkan batang hidungnya. Dia mulai kesal karena merasa seperti nyamuk atau mungkin juga seperti kambing congek diantara sepasang "sejoli" itu, yang hari ini merasa dunia hanya milik mereka berdua saja. Seolah-olah keduanya adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Dunia sekitar tidak ada artinya, hanya mereka berdua saja.

      "Yang lain pada kemana sih? Jarkom sampai kan?" Ucap Tama, tiba-tiba dengan sengaja. Raina dan Radit berhenti mengobrol. Keduanya mengalihkan perhatian mereka pada Tama. 

      "Yasmin udah di jalan berangkat, kalau Mela rasanya udah deket" jawab Raina. 

     Sebelum turun dari mobil, Raina sempat menghubungi Yasmin dan Mela sebelum sampai kesini. Raina melirik ke arah jam tangannya, masih ada waktu sekitar 15 menit lagi dari tenggat waktu mereka berkumpul, mengapa lelaki ini sering sekali berlebihan dengan waktu, batinnya. Apa salahnya menunggu sebentar lagi tanpa mengeluh, lelaki ini selalu saja membuat rusak suasana, batin Raina lagi. 

      "Gue coba tanya Septian sama Adrian ya" ucap Radit, tanpa diminta Radit langsung mengambil ponselnya dan menghubungi dua orang teman mereka yang lain. Radit mengerti Tama sudah merasa gusar. Walau baru bertemu satu kali, Radit sudah mengerti bagaimana sifat Radit. 

      "Kan udah gue bilang kita cepat datang supaya bisa ngobrol masalah kelompok kita dulu, kenapa malah telah kaya gini" gerutu Tama. Bertambah kesal.

      Raina hanya bisa mencibir mendengar gerutu lelaki dihadapannya. Raina memperhatikan wajahnya dan ekspresi kaku lelaki itu, mengingatkan dia pada satu hal, kanebo kering. Ya, cocok sekali panggilan itu untuk lelaki dingin dan kaku seperti Tama, batin Raina.

    Tanpa sadar, Raina menjadi tertawa sendiri setelah menyamakan pria muda tampan dan pintar seperti Tama dengan sebuah kanebo kering, tapi memang terasa cocok sekali, pikir Raina berusaha menahan tawanya. Tama dan Radit sama-sama bingung saat mendengar Raina yang tiba-tiba tertawa. 

     "Eh, sori, baca chat temen gue, lucu" balas Raina cepat sembari menunjuk ke arah ponselnya. Dia pura-pura sedang membaca chat di layar ponselnya. 

     "Ehem, gue coba hubungi Yasmin ya" lanjut Raina lagi, langsung menghubungi Yasmin, dia tidak tahan menerima pandangan wajah heran dari Radit dan Tama.

     "Halo?" Sapa Yasmin, langsung menjawab panggilan Raina dideringan pertama, suaranya terdengar sangat dekat.

     "Lu dimana Yas?" Tanya Raina, dia berdiri dari duduknya, menengok ke kanan dan kiri, mencari keberadaan sahabatnya itu. 

     "Nih, gue udah liat elu, udah sampe gue" balas Yasmin, dia melambaikan tangan ke arah Raina. Di belakang Yasmin sudah ada Septian dan Adrian. 

     "Nah, tuh udah pada datang" seru Raina sambil membalas lambaian tangan ke arah Yasmin. Tama menengok ke belakang, hampir semua anggota kelompoknya sudah datang, hanya tinggal menunggu Mela saja. 

     "Untung lu cepet datang" bisik Raina saat Yasmin mengambil tempat duduk disampingnya. Hatinya lega.

     "Kenapa emang?" Tanya Yasmin, wajahnya sedikit bingung.

     "Tuh, si kanebo kering udah manyun karena takut kalian pada telat" jawab Raina, lagi-lagi dia hampir tertawa saat menyebutkan kalimat "kanebo kering". 

     "Kanebo kering? Siapa?" Balas Yasmin, bingung. Raina memberi kode dengan kedua alisnya, menunjuk ke arah Tama.

     "Siapa lagi yang cocok sama panggilan kanebo kering, si Tama lah" balas Raina, berbisik sambil menahan tawanya. 

     "Hmmm, dasar" balas Yasmin lagi. Merasa sedikit geli dengan sebutan yang baru dibuat Raina untuk ketua angkatan mereka. Walaupun sedikit kasar, tapi Yasmin juga harus setuju dengan panggilan itu. 

     "Oke, karena hampir semua ada disini, kita mulai aja" ucap Tama. Raina langsung mengangkat tangan kanannya, menginterupsi kalimat Tama.

     "Ya? Ada apa?" Tanya Tama, melirik sambil menaikkan sudut alisnya kearah Raina. Gadis ini lagi, batin Tama.

     "Jangan dulu mulai, Mela belum datang" jawab Raina dengan santai. Tama mengernyitkan keningnya. Dia heran mengapa gadis ini menyebalkan sekali. Selalu ada saja ulahnya.

    "Iya, saya tahu Mela belum datang, lalu?" Tanya Tama balik, tidak memahami maksud kalimat Raina.

    "Mela kan belum datang, dan sekarang masih ada 5 menit lebih dari waktu janjian kita bertemu, bisa buat nunggu Mela, kan? Menurut gue sih daripada lu repot-repot jelasin dua kali pas Mela datang, atau pas lu jelasin Mela malah enggak ngerti karena ketinggalan, lebih baik tunggu dia datang, bakal capek jelasin sampai dua kali, setuju enggak guys?" jelas Raina lagi. Dia malas mendengar lelaki ini mengomel lagi. Raina sengaja meminta dukungan yang lain.

    "Gue setuju sih, masih ada lima menit lagi Tam, daripada jelasin dua kali, kalau gue sih ogah" ucap Septian, setuju dengan pendapat Raina. 

   "Setuju" ucap Yasmin sambil mengangguk.

    Beruntung bagi Raina, semua mengangguk dan setuju dengan kalimatnya. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan. Dia merasa bangga bisa mengalahkan Tama kali ini. 

     Tama menghela napas dan menghembuskan napas beberapa kali dengan pelan. Walau sebenarnya dia ingin membantah kalimat gadis menyebalkan di depannya itu, setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga, Tama pasti merasa lebih jengkel kalau harus menjelaskan sampai dua kali, apalagi kalau ada yang tidak mengerti, bisa-bisa dia harus menjelaskan lebih dari dua kali. Selain itu, semua orang disini juga tampak setuju dengan pendapat Raina. Tapi tetap saja, bagi Tama, semua kalimat yang keluar dari bibir si gadis keras kepala ini terasa menyebalkan.

     "Oke, bener juga" balas Tama. Senyum Raina bertambah lebar, penuh kemenangan setelah Tama berbicara dan setuju pada dirinya. 

    "Akhirnya, si kanebo kering mau juga setuju dan ngalah" batin Raina dalam hati.

     "Oke kalau begitu teman-teman.., daripada nunggu garing, mending kita pesen minuman, pada haus kan guys?" Tanya Raina, melirik ke kanan dan kiri, kembali meminta dukungan rekan-rekannya.

    "Setuju!!" Seru semuanya, kecuali Tama. Sang ketua hanya bisa berdecak kesal. Sungguh anggota kelompoknya ini sangat sulit diatur dan sering tidak serius. Sepertinya hanya dia saja yang serius di kelompok ini. 

     Detik berikutnya mereka lebih sibuk untuk memesan makanan dan minuman. Raina melirik sedikit ke arah Tama, hatinya bahagia setiap melihat Tama terlihat kesal.  

__________

Halo, reader One Sided love tersayang

Mohon maaf kalau up lama sekali

Semoga tetap mendukung cerita aku ya

Kalau boleh minta sedikit waktu untuk menulis review dari cerita One Sided Love ya..

Happy reading

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rizka hami
@Priella Hartanto : ahahaha, iyaa, asal usul kanebo kering
goodnovel comment avatar
Riny Cartica
lanjut thor..gk sabar kelanjutannya..
goodnovel comment avatar
Priella Hartanto
author, ternyata tama memang kanebo kering sejak jaman penciptaannya haissss...abis kanebo kering terbitlah budak cinta, ahaaaayyy
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Sebagai Pelampiasan

    "Hmmm, pemandangan yang indah, film yang bagus, makanan yang enak dan teman yang menyenangkan. Ini malam minggu terbaik" celetuk Radit, mengalihkan pandangannya kepada Raina."Eh?" Raina bergumam tanpa sadar. Tapi dia segera menutup mulut nakalnya."Ya, rasanya kita bisa malam mingguan lagi kapan-kapan" balas Radit."Malam mingguan lagi?" Tanya Raina ulang. Jantungnya berdetak cepat. Apa ini berarti Radit mengajaknya berkencan lagi? Ingin rasanya Raina menari saking girangnya."Ya, mungkin lain kali kita bisa nonton lagi.." balas Radit, sedikit menggantungkan kalimatnya. Radit menyadari wajah terkejut dari Raina. Apa gadis ini menjadi sedikit salah mengerti mendengar dia menyebutkan kalimat tadi, pikir Radit."Sekalian mengajak Yasmin, Tama dan teman angkatan kita lainnya" Radit cepat-cepat melanjutkan kalimatnya. Khawatir Raina semakin salah sangka.&nbs

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (3)

    "Akhirnya tenang juga" ucap Raina, menarik napas dalam-dalam sambil menutup mata. Mereka saat ini sedang berada di gedung bioskop dan sedang mengantre memesan tiket nonton. Bioskop memang ramai, tapi tidak berdesakan seperti kafe tempat makan mereka sebelumnya. Raina merasa jauh lebih lega. "Kafe tadi terlalu berisik ya?" tanya Radit, dia baru sadar kalau Raina merasa tidak nyaman sebelumnya, sedikit merasa bersalah karena dia yang memaksa untuk makan disana, padahal jelas-jelas kafe tadi padat pengunjung. "Oh, enggak, hanya. Emm, sedikit penuh saja, kita enggak bisa ngobrol enak" balas Raina langsung, khawatir Radit merasa tidak enak hati. Bukan masalah kafe tadi penuh dan sesak oleh pengunjung, tapi letak masalahnya ada pada Rian dan Mischa. "Masih lama waktu nonton, mau minum kopi? Atau makan makanan kecil lain sebelum nonton?" tawar Radit. Rasa bersalah membuat dia menawari Raina untuk ke tempat lain

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan (2)

    "Makan disini enggak apa-apa?" Tanya Radit. Mereka saat ini masuk di sebuah kafe yang berada di dalam mall. Kafe itu memang terlihat padat pengunjung. Wajar saja karena kota Bandung di akhir pekan tidak mungkin tidak ramai. Selain itu, kafe ini juga sedang naik daun di media sosial. Raina sedikit mengernyitkan keningnya, sedikit tidak setuju karena terlalu ramai. Raina tidak terlalu penyuka keramaian. Dia lebih suka suasana yang sepi, karena dia bisa makan dan mengobrol dengan tenang. Apalagi ini kali pertama dia bisa berduaan dengan Radit, Raina ingin suasana yang tenang, tidak riuh seperti ini. "Kalau enggak mau juga enggak apa, kita cari lagi tempat lain" balas Radit setelah melihat wajah enggan dari Raina. "Enggak apa-apa, disini aja Dit" tolak Raina cepat. Dia melirik wajah Radit dan melihat kalau lelaki itu sepertinya ingin sekali makan di tempat ini. Walaupun

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Malam Mingguan

    Akhir pekan akhirnya datang. Kata orang hari-hari di akhir pekan adalah siksaan untuk orang yang baru saja putus. Radit baru tahu rasanya sekarang. Sabtu ini dia tidak punya janji apapun dengan siapapun. "Hah, membosankan sekali" gumam Radit. Sepanjang pagi dia hanya menyetel televisi dan menonton dengan pikiran kosong. Dia mengambil ponselnya dan mulai melihat-lihat film apa yang sedang diputar minggu ini di bioskop. "Apa ajak jalan anak kosan ya?" Radit mulai menemukan ide di kepalanya saat melihat film action yang terlihat cukup seru sudah tayang mulai minggu ini. Radit segera melihat jadwal jaga, baik Yasmin, Tama maupun Raina tidak ada yang jaga hari ini. Lelaki itu segera keluar dari kamar untuk mencari teman kosnya. Saat baru menuruni tangga, Radit bertemu dengan Raina. Gadis itu berjalan ke arah kulkas yang terletak di dapur kos dengan mata setengah terpejam, rambut berantakan dan dia mas

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (4)

    "Apa Kakak enggak kangen sama aku? Setelah putus Kakak sama sekali enggak pernah hubungi aku," keluh Irna. Dia merasa tidak nyaman dengan perubahan sikap Radit padanya setelah putus. Irna pikir Radit akan mengejar-ngejar dirinya setelah dia meminta putus, tapi kenyataannya justru Radit malah mendiamkan dirinya dan sama sekali tidak pernah menghubungi dirinya. "Aku rasa, kita butuh momen untuk sama-sama sendiri, supaya kita bisa pikirkan bagaimana hubungan kita selama ini" balas Radit. Dia masih sangat menyukai Irna, tapi kembali menjadi kekasih Irna masih sedikit sulit bagi Radit. Lelaki itu masih butuh waktu untuk memikirkan hubungan mereka yang dia rasa mulai tidak sehat. "Aku kangen Kakak" ucap Irna tiba-tiba. Dia merasa harus jujur tentang hal ini. "Rindu?" ucap Radit dalam hati, dia cukup terkejut dengan kejujuran Irna. Detak jantung Radit menjadi cepat saat mendengar ucapan mantan kek

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (3)

    Entah Raina harus bahagia atau justru waspada dengan keadaan yang saat ini dia hadapi, yang pasti selama Radit putus dari kekasihnya, lelaki itu selalu menempel pada Raina, dimana pun dan kapan pun. Tidak terasa sudah dua minggu Radit putus dari Irna. Dalam hati Radit merasa sangat nyaman, tidak ada lagi yang mengatur dengan kejam semua kehidupannya. Dia bisa menjalani kehidupan residensi dengan nyaman. Semakin hari keduanya semakin lengket, dimana ada Raina pasti ada Radit disana. "Na, selesai dari rumah sakit, kita makan dulu ya sebelum pulang ke kos" ajak Radit disela-sela acara ilmiah. "Em" balas Raina langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia bahkan lupa kalau hari ini orang tuanya datang untuk melihat kamar kosnya. Sudah dua minggu Raina belum juga mengizinkan ayah ibunya untuk datang. "Oke!" balas Raina dengan bersemangat sambil mengacungkan jempolnya. Dia selalu senang setiap diajak makan

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (2)

    (3 menit sebelumnya) "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit, beranjak pergi menuju sudut di luar bioskop. "Gue jawab telepon dulu ya, agak berisik disini" ucap Radit berdiri, dia tidak bisa menjawab telepon Irna di tengah suasana gaduh begini. Pasti kekasihnya itu akan bertambah kesal. "Jangan lama-lama, bentar lagi teaternya mau buka" balas Raina, mengingatkan. Radit mengangguj sambil melambaikan tangannya. "Ada yang mau beli minum?" Tanya Yasmin, Raina langsung mengiyakan. "Gue enggak, enggak seru nonton sambil makan minum, terlalu mengganggu" balas Tama, menggeleng. Dia lebih suka menikmati film tanpa gangguan makan dan minum. Sayang sekali kal

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Putus (1)

    "Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu."Oke, Raina ikut juga" ucap Radit. "Oh, oke" balas Yasmin, melirik Raina sambil tersenyum geli. Bukan Yasmin namanya kalau tidak bisa menebak isi kepala sahabatnya yang paling drama itu. Beberapa detik kemudian Tama terlihat menuruni tangga. Raina yang pertama menyadari, dia langsung melirik kesal ke arah Tama. "Buat apa si kanebo kering itu ikut-ikutan?" Batin Raina dalam hati.

  • One Sided Love (Kisah Cinta Raina)   Menumpang (3)

    "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. Yasmin teringat cerita Radit beberapa hari terakhir. Radit cukup nyaman untuk berkeluh kesah dengan Yasmin, mungkin karena Radit tahu Yasmin punya hubungan serius dengan kekasih Yasmin dan gaya berpacaran Yasmin dan kekasihnya dewasa sekali. Radit mengagumi itu, berbeda dengan gaya pacaran dirinya dan Irna. Kekasihnya masih manja, seenaknya dan jauh dari kata dewasa. Setiap hari selalu ada saja bahan untuk bertengkar. Radit kadang merasa lelah sendiri menghadapi sikap kekanakan dari Irna.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status